Vaksinasi polio secara massal yang dilakuka Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Aceh beberapa waktu lalu di Kabupaten Pidie berjalan lancar. Tidak ditemukan adanya Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI), masyarakat diminta untuk tidak khawatir.
Hal tersebut disampaikan oleh dr. Raihan, SP. A saat memberikan penjelasan kepada awak media diacara Media Briefing, peran media dalam Penanggulangan KLB Polio di Aceh yang berlangsung di Gedung Bapelkes Aceh, Rabu, 30 November 2022.
“Orang tua tidak perlu khawatir jika anak mengalami demam pasca imunisasi. Jangan tidak membawa anaknya untuk diimunisasi karena takut demam. Tidak ditemukan KIPI serius pada anak yang dimunisasi polio,” ujarnya.
Dokter spesialis anak yang bertugas di RSUDZA dan juga aktif di Komite KIPI Aceh itu menyebutkan jikapun ada demam yang timbul akibat anaknya diimunisasi itu menjadi tidak setimpal dengan resiko atau sakit yang akan terjadi jika anak tidak diimunisasi.
“KIPI akibat imunisasi polio, jikapun ada, biasanya ringan seperti anak rewel, nangis, muntah, hilang nafsu makan, kejadian seperti ini minimal sekali jika dibandingkan dengan resiko jika anak tersebut terkena polio. Dan angka kejadiannya juga tidak besar, sedikit sekali ditemukan anak yang mengalami KIPI setelah diimunisasi Polio”, sebut dr. Raihan, Sp. A.
Dokter spesialis anak ini menyebut jika dalam kondisi normal saja seorang anak bisa mengalami demam hingga 10 kali dalam setahun. Dalam kehidupan orang Aceh, orang tua biasanya tidak begitu mengkhawatirkan jika anak mengalami demam. Malah dalam keseharian masyarakat Aceh, asal anak demam itu disebut dengan istilah “keuneuk carong”, atau “keuneuk rayeuk” untuk anak yang mengalami demam.
Dokter spesialis anak itu mempertanyakan kenapa orang tua justru takut anaknya demam jika diimunisasi. “Bukankah ini adalah salah satu dari tanda anak mau besar? “, tanya Raihan.
Ia kembali mewanti-wanti agar orang tua tidak usah takut dan khawatir jika anak mengalami demam setelah diimunisasi. Biasanya demam si anak juga akan hilang 2 atau 3 hari kemudian. Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) akibat demam itu menjadi tidak setimpal dengan resiko atau sakit yang akan terjadi jika tidak diimunisasi, tegasnya.
Raihan menjelaskan jika Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) ada 2 jenis, yaitu ada KIPI yang serius dan ada KIPI yang non serius, contoh KIPI yang non serius itu seperti bengkak setelah anak diimunisasi BCG. Contoh lain adalah demam.
KIPI non serius seperti ini biasanya tetap dilaporkan, tapi biasanya tidak berbahaya dan biasanya akan hilang secara sendirinya dalam waktu 2 atau 3 hari, sebut Raihan. Namun jika ditemukan kasus KIPI yang meresahkan masyarakat dan berakibat serius, maka akan tetap dilakukan investigasi.
“Jika ada kejadian KIPI yang meresahkan masyarakat tetap akan diinvestigasi secara menyeluruh oleh tim ahli. KIPI seperti ini tentunya tetap akan ditindaklanjuti mulai dari tingkat kabupaten, provinsi hingga ke pusat”, Jelas Raihan.
Namun ia menegaskan jika tidak ditemukan KIPI serius pada anak-anak saat dilakukan uji klinis vaksin Polio. Seperti vaksin lainnya juga vaksin polio ini sudah mengalami berbagai tahapan pengujian dan sudah dipastikan keamanannya sebelum digunakan untuk program imunisasi. Namun jika ada kejadian KIPI, maka Komite KIPI tetap hadir untuk memantau efek dari vaksin tersebut.
“Penyakit Polio itu sangat berbahaya dan sangat menular. Dengan melakukan imunisasi sebenarnya perlindungan yang ditimbulkan bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga untuk melindungi anak-anak lain disekitarnya yang disebut dengan kekebalan kelompok. Jika ada KLB maka cakupan imunisasinya harus diatas 95 persen untuk dapat tercapai kekebalan kelompok ini”, jelas Raihan.
Ia menghimbau kepada seluruh awak media untuk mendukung program pemerintah menyukseskan program imunisasi. Baik itu program sub-PIN untuk penanggulangan KLB Polio di Aceh yang sekarang sedang berlangsung maupun program imunisasi rutin (imunisasi dasar lengkap) pada anak.
“Fokus kita adalah pada penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Mari kita birukan dengan pemberitaan yang positif agar semua masyarakat mau melakukan imunisasi, jangan kita merahkan media kita dengan pemberitaan-pemberitaan negatif yang bisa membuat masyarakat enggan untuk membawa anaknya untuk diimunisasi, harapnya.[adv]