Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Aceh menyiapkan kader dan tenaga kesehatan terlatih di 360 Puskesmas di seluruh Aceh untuk mengurangi Angka Kematian Bayi (AKB).
Secara nasional AKB di Indonesia masih tergolong tinggi, yakni 24 kematian per 1.000 kelahiran bayi, atau sekitar 2 hingga 3 kematian dari 100 kelahiran. Secara global berdasarkan data United Nations Children’s Fund (UNICEF) angka kematian bayi di dunia mencapai 10 juta kematian per tahun, 90 persen dari jumlah kematian bayi tersebut terjadi di negara-negara berkembang.
Hal itu diungkapkan Kepala Seski Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa (Kasi PTM dan Keswa) Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, dr Siti Dara. Menurutnya, untuk menekan angka kematian bayi Dinkes Aceh terus mengupayakan hadirnya tenaga-tenaga kesejatan yang terlatih, serta menempatkan bidan desa (Bides) di kampung-kampung. Para Bides tersebut juga dibekali dengan pelatihan sehingga bisa membantu persalinan dengan baik dan mencegah kematian bayi.
“Menurunnya angka kematian bayi akan menjadi indikator penting yang mencerminkan derajat atau tingkat kesehatan di suatu daerah. Bayi yang baru lahir sangat sensitive terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal, serta sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi, kehadiran tenaga kesehatan seperti Bides di desa-desa sangat membantu upaya penurunan angka kematian bayi saat proses persalinan,” jelas Siti Dara.
Siti Dara menambahkan, ada beberapa faktor yang menyebakan tingginya kematian bayi di suatu daerah, seperti adanya penyakit bawaan, peneumonia, diare, komplikasi neonatal, cedera, campak, serta malaria di daerah endemis. Selain itu fasilitas kesehatan seperti dokter dan rumah sakit yang kurang memadai untuk penanganan penyakit pada bayi juga dapat menyebabkan tingkat kematian bayi menjadi tinggi.
“Sekitar 1 dari 10 kejadian bayi lahir mati juga disebabkan oleh infeksi. Beberapa infeksi yang dapat menyebabkan bayi lahir mati adalah sitomegalovirus, rubella, infeksi saluran kencing dan saluran kelamin seperti herpes genital, listeriosis akibat keracunan makanan, sifilis, dan toksoplasmosis,” ungkapnya.
Tingginya kematian bayi juga menjadi salah satu indikator derajat kesehatan di sutu daerah. Untuk menurunkan angka kematian bayi, Dinkes Aceh menetapkan lima strategi operasional yaitu penguatan Puskesmas dan jaringannya; penguatan manajemen program dan sistem rujukannya; meningkatkan peran serta masyarakat; kerjasama dan kemitraan; kegiatan akselerasi dan inovasi.
Untuk mengurangi angka kematian bayi Dinkes Aceh juga menggalakkan program persalinan di fasilitas kesehatan, memberikan imunisasi yang lengkap untuk bayi, serta mengkampanyekan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif untuk bayi.
Hal itu kemudian diperkuat dengan peran bidan dan dalam memberikan pelayanan yang berkesinambungan berfokus pada aspek pencegahan melalui pendidikan kesehatan dan konseling, promosi kesehatan, pertolongan persalinan normal dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan perempuan serta melakukan deteksi dini masalah kesehatan pada bayi dan ibu hamil.
“Untuk menurunkan angka kematian bayi juga perlu pelayanan dan perawatan kesehatan yang maksimal bagi ibu-ibu semasa kehamilan, ada yang namanya safe motherhood, ini merupakan suatu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu melalui kelurga berencana, pelayanan antenatal, persalinan yang aman, serta pelayanan esensial obstetrik, semua itu akan terwujud dengan dukungan tenaga kesehatan terlatih di setiap Puskesmas,” pungkasnya.[](adv)