SIGLI | ACEH INFO – Nasir Abbas, salah satu mantan pentolan Jamaah Islamiyah (JI) mengaku dirinya terjerumus ke dalam kelompok teroris pada usia 16 tahun. Saat itu, Nasir Abbas mengaku bertemu dengan seorang ustadz yang ternyata adalah pentolan teroris.
Hal tersebut dikisahkan Nasir Abbas saat menjadi narasumber dalam silaturahmi Kamtibmas Kontra Radikal di Dayah Khairuddaraini, Gampong Leun Tanjong, Kecamatan Padang Tiji, Pidie, Selasa, 26 Juli 2022.
Nasir yang masih remaja kemudian mendapat tawaran berangkat ke Afghanistan secara gratis. Dalihnya saat itu adalah menjadi mujahidin yang membela agama. Namun sesampai di Afghanistan, Nasir justru disruh memegang senjata dan merakit bom.
Kala itu, menurut Nasir, di Afghanistan maupun Pakistan tidak memiliki literatur terkait teroris. Di dua negara tersebut hanya ada seruan jihad dengan berperang.
“Saya tidak dapatkan literasi tentang bahaya teroris, yang ada cuma jihad dengan perang,” kata mantan narapidana kasus teroris tersebut.
Seiring berjalannya waktu, pola pikir Nasir mulai berseberangan dengan kelompok radikal yang diikutinya. Ia akhirnya memilih bertobat sebelum ditangkap pada 2003 silam.
Di hadapan para santri, Nasir mengaku bertobat setelah sadar kalau terorisme merupakan tindakan menebar ketakutan dan merusak dalam skala luas. Terorisme juga tidak toleran dengan perbedaan.
“Teroris itu bukan jihad. Mereka adalah orang-orang intoleran yang tidak menerima perbedaan,” kata Nasir.
Nasir mengungkapkan doktrin teroris di Indonesia cenderung mengeksploitasi target menggunakan ayat Alquran. Mereka juga memainkan isu-isu Islam garis keras dalam merangkul pengikutnya.
Nasir berharap masyarakat Indonesia dapat lebih peka terhadap isu-isu atau ajakan terkait paham radikal. “Mari sama-sama kita beri pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya radikalisme dan paham-paham yang berseberangan dengan Pancasila,” imbau Nasir Abbas.[]
EDITOR: BOY NASHRUDDIN AGUS
