27 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Solidaritas Dunia di Taman Aceh Thanks to The World

Lapangan luas di tengah Kota Banda Aceh itu dulu dikenal sebagai Esplanade Koetaradja, kini lapangan Blangpadang itu menjadi Taman Acah Thanks to The World. Ada 53 prasasti berupa plakat permanen dari 53 negara di sekelilingnya jogging track, berisi bendera dan kata “Thanks You And Peace” dalam bahasa masing-masing negara.

Taman Acah Thanks to The World itu dibangun sebagai bentuk ucapan terimakasih raykat Aceh terhadap kepedulian dunia internasional dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh, setelah dilanda musibah maha dahsyat gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 lalu, yang menyebabkan hampir 300.000 orang Aceh meninggal dunia.

Taman Aceh Thank to The World ini dikunjungi ribuan masyarakat, sebagian mereka datang untuk berolah raga, sekedar berjalan atau berlari pelan di jogging track yang mengelilingi sisi lapangan tersebut. Berlari di sepanjang jogging track itu kita bisa satu persatu plakat permanen berbentuk ujung perahu. Setiap plakat terdapat ilustrasi bendera dari ke-53 negara dan bertuliskan ucapan terima kasih dalam bahasa masing-masing negara.

Baca Juga: Hutan Kota Tibang Objek Wisata Alternatif di Sudut Banda

Ketika sampai ke sisi bagian tengah sisi barat jogging track kita menemukan sebuah monumen Thanks to The World lengkap dengan informasi posisi letaknya, yakni berada pada titik koordinat Lat: 5°32’59.95″N Long: 95°18’50.52″E. Monument ini bentuknya seperti gelombang tsunami, melihat itu setiap pengunjung akan paham bahwa Aceh pernah diguncang gempa dan dihantam gelombang tsunami yang sangat dahsyat.

Di lantai depan monument itu juga ada walk of frame trsunami yang berisi prasasti-prasasti dengan keterangan dan infromasi seputar tsunami Aceh. Di depan momumen yang juga dilintasi oleh jogging track tersebut terbentang lapangan yang biasa digunakan untuk olah raga sepak bola oleh anak-anak dan remaja. Sebelahnya juga ada lapangan badminton, lapangan basket, mushala dan toilet.

Berjalan ke sudut barat bagian selatan lapangan terlihat Tugu Peringatan Tsunami. Tugu untuk mengenang becana gempa dan tsunami ini dibangun oleh Yayasan Harapan Bangsa Nusantara, Jakarta dengan dana bantuan dari Purples Lotus Temple, SF-USA (Mother Samantha Foundation).

Baca Juga:Benteng Indra Patra Riwayat Patriotik Inong Balee

Dari sudut itu kita berbelok ke arah timur, di Tugu Peringatan Tsunami ada Monumen Pesawat Dakota Seulawah RI 001, pesawat hadiah rakyat Aceh untuk Republik Indonedia pada awal kemerdekaan yakni pada tahun 1948, tiga tahun setelah Indonesia merdea, pesawat sumbangan ralyat Aceh itu merupakan sebagai cikal bakal pembentukan Indonesia Airways, yang sekarang dikenal sebagai maskapai penerbangan Garuda Indonesia.

Berjalan semakin ke timur kita sampai di bagian tengah lapangan, ada jalan beraspal yang membelah lapangan tersebut, dari gerbang sebelah selatan hingga ke gerbang sebelah utara. Di tengah-tengahnya ada bangunan “Sanggamara” dan tiang bendera di depannya, yang sering digunakan sebagai tempat upacara oleh militer Komando Daerah Militer (Kodam) Iskandar Muda, dan upacara-upaca hari besar daerah dan nasional. Pada hari-hari biasa bangunan itu digunakan oleh para instruktur senam jantung sehat, untuk memandu ribuan orang yang memadati sisi timur lapanga Blangpadang untuk ikut bersenam.

Ketika berjalan dari Monumen Pesawat Dakota Seulawan RI 001 ke gerbang selatan, di sisi dalam pintu gerbang kita menemukan papan informasi yang memuat denah dan keterangan letak prasasti “Thanks You And Peace” dari 53 negara yang perah terlibat membantu rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca gempa dan tsunami. Wisatwan dari berbagai negara yang ingin berfoto di prasasti negaranya bisa melihat lokasi prasasti di papan informasi tersebut. Di sebelahnya juga terdapat papan informasi yang berisi sejarah Taman Aceh Thanks to The World dalam dua bahasa, yakni bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

Baca Juga:Riwayat Tarik Ulur Perang Aceh dengan Portugis

Dari gerbang selatan Taman Aceh Thank to The World itu kita bisa terus berjalan di jogging track ke arah timur, lalu berbelok ke utara, kita akan menemukan para relawan dari berbagai organisasi menggelar ratusan buku di atas rumpur berlapis tikar, siapa saja yang melewati kawasan itu bisa membaca buku-buku tersebut dengan gratis, malah kalau ada yang tertarik untuk membaca di rumah bisa pinjam, syaratnya Minggu depan ketikan oleh raga lagi di jogging track itu harus membawa kembali.

Semakin jauh berjalan  ke utara di sisi timur Taman Aceh Thank to The World itu, kita akan menemukan para pedagang menjajakan berbagai makanan dan minuman segar. Lalu ketika tiba di sudut utara bagian timur lapangan, berjejer belasan rak penjaja makanan untuk sarapan setelah lelah berolah raga. Sisi ini juga dijadikan sebagai sudut kuliner, di depan setiap rak pedagang tersusun rapi kursi dan meja untuk menikmati makanan. Jadi, setelah lelah berolah raga di jogging track kita bisa langsung memesan makanan di sana.

Dari sisi sudut lapangan bagian timur di sisi utara itu, kita berbelok lagi ke arah barat, sampai di gerbang utara. Di sisi barat gerbang itu terdapat berbagai wahana permainan untuk anak-anak. Sementara di jalan yang membelah tengah lapangan itu, mulai dari gebang utara sampai ke bangunan “Sanggamara” di tengah lapangan, sepanjang jalan itu terdapat puluhan pedagang pakaian dan segala pernak-perniknya. Mereka membawa dagangan dengan mobil dan gerobak, menjajakannya sepanjang jalan di tengah lapangan itu.

Baca Juga:Darma Wangsa Tun Pangkat Sisi Lain Sultan Iskandar Muda

Jadi ketika hari minggu ke lapangan Aceh Thank to The World, setelah berolah raga kita bisa sarapan dengan berbagai jajanan di sana, setelah itu bisa membawa anak-anak untuk bermain seriang-riangnya di berbagai wahana dengan biaya yang super murah, serta bisa juga berbelanja pakaian dan berbagai barang yang dijajakan di sana. Lebih dari itu juga bisa membaca berbagai buku secara gratis yang disediakan oleh para relawan dari lembaga kemasyarakatan.

Itulah lapangan Blangpadang masa kini, lapangan di tengah Kota Banda Aceh yang menjadi saksi sejarah perkembangan ibu kota provinsi Aceh tersebut. Dulu pada masa Kerajaan Aceh lapangan luas itu merupakan tempat latihan berkuda tentara kerajaan, serta tempat gajah-gajah milik Kerajaan Aceh ditambatkan.

Kemudian pada masa Pemerintah Kolonial Belanda menjajah nusantara, termasuk Aceh di dalamnya, lapangan Blangpadang itu diubah namanya menjadi “Esplanade Koetaradja”. Setelah Indonesia merdeka, dan Aceh menjadi bagian dari Republik Indonesia, pemimpin dan tokoh rakyat Aceh mengembalikan nama lapangan luas tersebut ke nama asalnya, yakni lapangan Blangpadang, yang bermakna lapangan yang terhampar luas.

Baca Juga: Kekuatan Armada Perang Aceh Dalam Sejarah

Setelah musibah gempa dan tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004 lalu, lapangan luas itu juga dinamakan sebagai Taman Aceh Thanks to The World tanpa menghilangkan nama aslinya lapangan Blangpadang. Antara Blangpadang dengan Taman Aceh Thanks to The World saling berdampingan, satu lapangan dengan dua nama.

Di samping lapangan Blangpadang/Taman Aceh Thanks to The World ini di sisi luar sudut timur bagian selatan, juga ada Museum Tsunami Aceh. Antara lapangan Blangpadang dengan Museum Tsunami tersebut hanya dipisahkan oleh sebuah jalan.  Musibah gempa dan tsunami 26 Desember 2004 memang telah menjadi ingatan kolektif rakyat Aceh.

Sekarang meski rakyat Aceh sudah bisa bangkit dan berdiri di atas kaki sendiri, tapi ingatan kepada setiap lembaga internasional dan negara-negara yang terlibat dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh tidak pernah dilupakan. Taman Aceh Thanks to The World adalah salah satu bukti dari wujud ucapan terimakasih rakyat Aceh kepada dunia. Dari Aceh kami akan terus berucap: Terimakasih dan damai, “Thanks You And Peace.” Jasa-jasa setiap lembaga dan negara di dunia akan terus dikenang.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS