24.9 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Simeurante, Kisah Para Pekerja Paksa Jawa di Aceh

Agresi Belanda kedua ke Aceh selain membawa ribuan tentara asli Belanda bersama tentara bayaran dari Eropa (indiche leger), Belanda juga menyertakan lebih 1.000 pekerja paksa dari pulau Jawa, 220 diantaranya merupakan perempuan.

Para pekerja paksa dan perempuan pelayan itu dibawa ke Aceh dalam keadaan dirantai satu sama lain. Belanda menyebutnya beer atau beeren, sering juga disebut kettingbereb. Sementara orang Aceh memanggilnya simeurante, yang bermakna orang-orang yang dirantai.

Penulis Belanda HC Zentgraaff yang juga Redaktu surat kabar Javabode dalam buku Atjeh mengungkapkan, para pekerja paksa itu sering dijadikan tameng saat perang. Mereka harus melakukan pekejaan-pekerjaan berat, tak sedikit dari mereka yang meninggal karena keletihan dan kelaparan. Yang paling menderita adalah pekerja paksa pengangkut logistik. Mereka harus membawa berbagai perbekalan militer di garis depan peperangan. Mereka menjadi korban pertama dari setiap pertempuran. Setelah itu jenazah mereka dibiarkan begitu saja.

Baca Juga: Bireuen Agreement Awal Mula Bireuen Jadi Kota Jang

Kuburan para beeren itu dibuat seadanya. Malah dalam peperangan di hutan-hutan Aceh, mayat mereka dibiarkan tergeletak begitu saja, menjadi santapan binatang buas. Setiap relung rimba Aceh adalah kuburan bagi mereka itu.

Sementara para pekeja paksa di bagian pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan rel kereta api, mereka sedikit terbebas dari resiko perang. Meski demikian, para pekerja paksa di rel kereta api juga tak sedikit yang mati. Umumnya mereka mati karena diharuskan patroli di malam hari, membersihkan jalur rel dari bahan peledak (bom) yang dipasang pejuang Aceh.

Belanda sendiri mengakui keberadaan para kettingbereb asal Pulau Jawa ini. Karena sering dilibatkan dalam perang di Aceh, para pekerja paksa ini malah digelar dengan sebutan batalion merah sesuai dengan warna pakaian yang mereka pakai, sering juga disebut sebagai batalion ke-19, batalion tambahan dari 18 batalion tentara Belanda di Aceh. Meski sesungguhnya mereka tidak dipersenjatai.

Baca Juga: Gunongan Taman Ghairah Raja di Tengah Kota

Koran terbitan Rotterdam, Belanda, De Nieuwe Rotterdamsche Courant pada edisi Januari 1883 menulis laporan tentang orang-orang hukuman yang dirantai ini. Mereka memuji para pekerja paksa ini sebagai pembuat sejarah, karena kontribusinya dalam mengerjakan pekerjaan umum, pengangkutan barang, ekspedisi ke daerah-daerah pendudukan baru, membangun bivak dan penginapan bagi para perwira Belanda di wilayah perang.

Untuk menjaga kesungguhan para beeren itu bekerja, Belanda mengiming-iminginya dengan sejumlah imbalan, mulai dari hadiah sebatang rokok, sepasang pakaian bekas, hingga pengurangan hukuman dan dibebaskan dari status budak bagi yang bersedia menjalankan tugas-tugas berat, tugas-tugas antara pertarungan hidup dan mati.

Zentgraaff mencotohkan, ketika 150 pasukan Belanda dikepung pejuang Aceh di bivak Meureudu, seorang pekerja paksa asal Madura diminta untuk mengantarkan surat permintaan tambahan pasukan dari bivak Panteraja. Ia berlari menerobos perkampungan dan mengarungi tiga sungai.

Esoknya ia baru sampai di Panteraja dengan tubuh letih dan penuh goresan duri. Ketika mencapai bivak marsose di Panteraja, ia menyerahkan surat dan dengan suara ngos-ngosan berkata. “Dari komandan Mardu (Meureudu) kepada tuan komandan marsose.” Kemudian ia pingsan.

Baca Juga: Kisah Pembelotan Teuku Umar Dalam Malam Penentuan Round Kelana

Membaca surat itu, Belanda kemudian mengirim delapan brigade marsose menuju Meureudu. Ketika pekerja paksa asal Madura itu sadar, sebagai imbalan atas keberhasilannya membawa surat tersebut diberikan semangkuk coklat, roti dan daging tebal. Sungguh, imbalan yang sangat tidak setara dengan resiko pekerjaannya.

Zentgraaff mengakui, tak banyak yang bernasib mujur seperti pekerja paksa asal Madura itu. Lebih banyak dari mereka tidak diketahui lagi keberadaannya. Tidak pernah dapat kembali dari menjalankan tugas berat seperti itu. “Siapa yang dapat mengetahui bagaimana cara kematian mereka?” tanya Zentgraaff dalam bukunya itu.

Ada juga pekerja paksa yang licik, Zentgraaff mencontohkan pada kawanan pekerja paksa di bagian pengangkutan, mereka sering mengurangi beban bawaannya dengan menjatuhkannya ke sungai atau ilalang di jalan setapak yang mereka lewati. Tapi kemudian mereka malah diadu domba sesama pekerja paksa. Seorang pekerja paksa diantara mereka diangkat menjadi pengawas. Kepadanya diberi kewenangan untuk menghukum temannya yang berbuat curang.

Seperti yang menimpa pekerja paksa pengangkut barang rombongan tentara marsose pimpinan Letnan Jenae pada tahun 1905. Saat itu 400 orang pekerja paksa pengangkut logistik dari Kuala Simpang ke Blangkejeren. Mereka diawasi oleh dua pasukan infantri bersenjata 40 karaben dan bayonet. 10 pekerja paksa diawasi oleh seorang tentara.

Baca Juga: Pesawat Seulawah RI 001 dan Kisah Jamuan Makan Soekarno

Saat tentara pengawas itu lengah, para pekerja paksa yang mengangkut jenewer, sejenis minuman keras dan berkaleng-kaleng minyak tanah, menumpahkannya di jalan dengan cara membenturkan kaleng-keleng tersebut ke bebatuan di tebing. Mereka tak sanggup mendaki gunung dan menuruni lembah dengan beban berat yang diikat di punggungnya.

Poci-poci jenewer dibuat berkurang isinya. Sementara pekerja paksa yang mengangkut tenda dan kasur, bawaan yang paling dibenci mereka karena berukuran besar dan kasar, sering dihanyutkan ketika melintasi sungai, mereka kemudian mendapat ganjaran hukuman siksaan dari mandor yang diangkat dari kalangan mereka sendiri.

Lebih tragis lagi, ketika rombongan pekerja paksa itu menyebrangi Sungai Wih Ni Oreng di kawasan Brawang Tingkeum, mereka ditembaki pejuang Aceh dari seberang. Para pekerja paksa dengan beban berat di pundak dan punggungnya saling berpegagan agar tidak hanyut. Mereka adalah korban pertama dari perang itu, karena berada di tengah-tengah antara pejuang Aceh yang terus menembak dan 40 pasukan infantri pimpinan Janae yang membalas tembakan di belakang mereka.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS