PIDIE I ACEH INFO – Setiap tahunnya saat malam Idul Fitri, berbagai kegiatan dan tradisi masyarakat Aceh dalam menyemarakkan malam Lebaran.
Ada yang ikut pawai takbiran dan ada yang Teut Budee Trieng (membakar meriam bambu) dan meriam karbit untuk menyemarakkan malam Idul Fitri.
Seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Pidie, Aceh. Khususnya warga di sejumlah desa di Kecamatan Delima, Indra Jaya dan sekitarnya.
Masyarakat di sejumlah desa di Selatan Kota Sigli, Pidie tersebut, membakar meriam bambu dan meriam karbit saat malam pertama Idul Fitri.
Untuk melihat tradisi masyarakat di Kecamatan Delima, Indra Jaya dan sekitarnya, kita hanya butuh waktu 15 menit dengan kendaraan bermotor dari Kota Sigli ke Keude Garot, Kecamatan Delima.
Saat melintas di jalan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Pidie ke arah Selatan Kota Sigli, kita mendengar suara dentuman yang cukup dasyat, bak meriam masa penjajahan Belanda dan masa konflik Aceh.
Suara ledakan sahut menyahut antara dua desa yang dibelah sungai. Rupanya masyarakat disana sedang berperang dengan meriam bambu dan meriam karbit.
Tradisi berperang dengan meriam bambu dan meriam karbit yang dibuat dari drum minyak itu, sudah menjadi tradisi turun temurun bagi masyarakat disana.
Bukan hanya anak-anak yang berperang dengan membakar meriam bambu dan karbit itu, tapi hingga orang dewasa pun ikut berperang.
Bahkan para pemudik dari berbagai daerah yang pulang kampung saat Idul Fitri, ikut menyumbang dana sebagai modal membeli karbit, bambu dengan harga mencapai belasan juta rupiah.
Lokasi dibakarnya meriam bambu itu pun dihias dengan lampu kelap kelip, sehingga suasana malam bertambah meriah. Masyarakat sekitar juga ikut berhamburan menonton piasan malam tersebut.
Suara dentuman keras meriam bambu dan meriam karbit yang menggetarkan bangunan sekitarnya, sudah tidak menjadi rasa takut lagi bagi penduduk sekitar.
Meskipun ada satu dua warga yang harus diungsikan ke daerah lain yang jauh dari suara dentuman tersebut, karena panik dan trauma suara ledakan.
Begitu juga beberapa tamu dari luar Pidie yang berkunjung ke desa-desa lokasi dibakarnya meriam itu, juga panik, karena mendengar suara dentuman yang menggetarkan dada.
“Saya trauma mendengar suara dentuman yang sangat dahsyat itu, karena selain menggetarkan jantung, juga rumah orang tua kami ikut bergetar,” kata warga Bireuen yang mudik ke rumah orang tuanya di Kecamatan Delima Pidie, Selasa 3 Mei 2022.
Editor : Ferizal Hasan