MARIUPOL | ACEH INFO – Pemimpin Chechen, Ramzan Kadyrov, menyambangi Mariupol di Ukraina usai pasukannya mengklaim membantu tentara Rusia menguasai kota itu di tengah invasi yang masih berlangsung.
“Pemimpin Chechen, Ramzan Kadyrov sedang di Mariupol untuk meningkatkan semangat juang pasukan kami,” kata Menteri Politik Chechnya, Akhmed Dudayev kepada RIA yang dikutip AFP, Selasa (29/3).
Chechnya merupakan wilayah otonomi di Rusia. Sebagian pasukan Chechen pun telah bergabung dengan tentara Rusia membantu melancarkan invasinya ke Ukraina.
Media televisi Rusia melaporkan Kadyrov bertemu dengan orang yang diduga Letnan Jenderal Andrei Mordvichev. Mordvichev merupakan salah satu jenderal Rusia yang diklaim pihak Ukraina telah tewas dalam peperangan di sana.
Dudayev mengatakan Kadyrov terlibat dalam pertemuan antara Mordvichev dan komandan Rusia yang lain.
“Kadyrov akan membantu mengoreksi dan menyelesaikan strategi untuk tindakan lebih jauh dalam beberap hari ke depan guna membebaskan Mariupol,” ucap dia lagi.
Sementara itu, Kadyrov mengatakan akan berusaha menguasai kota Mariupol secepat mungkin.
“Tentara Rusia mendatangi gedung demi gedung untuk membebaskan Mariupol dari kelompok kriminal Nazi,” tulis dia di Telegram.
Menurutnya, pasukan yang ia miliki selalu dalam semnagat membara seperti biasanya.
“Tak ada angin atau tembakan besar dari senjata calibre yang akan menghancurkan keinginan mereka untuk menang. Dalam waktu singkat, Mariupol akan dikuasai sepenuhnya,” tegas Kadyrov.
Kadyrov sendiri telah mendapat pangkat Letnan Jenderal dari Presiden Rusia, Vladimir Putin. Sebelumnya, ia berpangkat Jenderal Mayor dan secara formal bertugas di Garda Nasional.
Sebelum menjadi sekutu Putin, Kadyrov dan pasukannya merupakan kelompok pemberontak di Rusia yang menentang pemerintah.
Banyak pihak yang menyebut pemimpin Chenchen sebagai boneka Rusia. Menilik sejarah, hal ini tak lepas dari taktik Presiden Rusia, Vladmir Putin, yang saat itu masih mejadi perdana menteri untuk menguasai negara itu.
Ia memanfaatkan kelompok yang membenci kelompok lain yang dianggap terlalu kearab-araban atau wahabi. Sejak saat itu, Putin berhasil mengendalikan Chechen.[]