JAKARTA | ACEH INFO – Bank Indonesia (BI) mencatat nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh sebesar 89,64% (yoy) sehingga mencapai Rp18,33 triliun, dengan jumlah pengguna 40,05 juta dan jumlah merchant 28,38 juta yang sebagian besar merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Sementara itu kinerja transaksi uang elektronik pada Agustus 2023 meningkat sebesar 8,62% (yoy) sehingga mencapai Rp38,51 triliun, sementara nilai transaksi digital banking tumbuh sebesar 11,87% (yoy) sehingga mencapai Rp5.098,46 triliun.
Di sisi lain nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit mencapai Rp679,16 triliun atau turun sebesar 6,00% (yoy). Dari sisi pengelolaan uang Rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada Agustus 2023 meningkat 4,66% (yoy) sehingga menjadi Rp944,70 triliun.
Baca Juga: Kapolda dan Wakapolda Aceh Diganti
Kepala Departemen Komunikasi/Direktur Eksekutif BI, Erwin Haryono menjelaskan, Bank Indonesia terus mendorong akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dan perluasan kerja sama sistem pembayaran antarnegara guna mendorong inklusi ekonomi keuangan serta perluasan ekonomi dan keuangan digital.
Bank Indonesia menilai sistem keuangan, khususnya perbankan, tetap terjaga. Permodalan perbankan kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) mencapai 27,44% pada Juli 2023. Risiko kredit terkendali, tecermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) sebesar 2,51% (bruto) dan 0,80% (neto) pada posisi yang sama. Likuiditas perbankan pada Agustus 2023 terjaga, dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6,24% (yoy).
Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi, yakni 26,49% pada Agustus 2023, sejalan dengan stance kebijakan likuiditas longgar Bank Indonesia. Perkembangan ini mengakibatkan suku bunga perbankan tetap rendah, dengan suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada Agustus 2023 masing-masing sebesar 4,23% dan 9,34%.
“Hasil stress test Bank Indonesia menunjukkan ketahanan perbankan yang tetap kuat. Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan KSSK dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi domestik dan global yang berpotensi mengganggu ketahanan sistem keuangan dan momentum pertumbuhan ekonomi,” jelas Erwin.[]