PIDIE I ACEH INFO – Puluhan hektar sawah di beberapa desa di Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie, Aceh, terancam tidak bisa digarap pada musim tanam ini.
Hal tersebut disampaikan sejumlah petani di Desa Gampong Lada Kecamatan Mutiara Timur, Pidie, kepada anggota DPR RI Fraksi PKS M Nasir Djamil, saat silaturahmi lebaran Idul Fitri di kediamannya, Rabu 4 Mei 2022.
Keuchik Gampong Lada, Tgk Razali M Taleb mengatakan, sawah di daerah tersebut tidak bisa dibajak dan terancam tidak bisa ditanami padi pada musim tanam ini.
Hal ini karena kondisi tanah sawah sudah terlalu becek akibat tergenang limpahan air dari saluran irigasi yang kecil dan sempit di kawasan tersebut.
Katanya, hampir setiap tahun petani di Gampong Lada dan desa sekitar mengeluh, selain sulitnya membajak tanah dengan traktor, saat padi sudah ditanam juga sering banjir dan terendam, akibat limpahan atau meluapnya air dari saluran yang sempit.
“Kalau tanamannya terendam, hasil panen juga tidak maksimal, karena banyak bulir padi tidak berisi, sedangkan tanah sawah jadi kolam atau payau akibat terendam, sehingga petani selalu mengalami kerugian,” ujarnya.
Untuk tahun ini petani belum tahu, apakah tanah sawah mereka bisa dibajak dengan traktor atau petani tidak akan turun ke sawah musim tanam ini.
Setelah menerima keluhan tersebut, anggota DPR RI, M Nasir Djamil mengajak masyarakat setempat untuk melihat langsung lokasi saluran yang dimaksud.
Setelah melihat secara langsung, Nasir Djamil menyampaiakan rasa prihatin dengan kondisi sawah sudah seperti payau, air tergenang, ukuran jaringan saluran irigasi terlalu sempit dan banyak yang patah, sehingga tidak mampu menampung debit air dari saluran irigasi dari hulu, menyebabkan luapan air merendam sawah masyarakat.
“Saya akan sampaikan ke dinas terkait tingkat Provinsi, ini menyangkut hidup petani disini, ini perlu perhatian dan penanganan segera,” pinta Nasir Djamil serius.
Persoalan ini sudah sangat meresahkan petani, kalau tidak ditangani segera akan berakibat fatal tejadi gagal tanam akibatnya gagal panen dari puluhan hektar sawah yang ada di Kabupaten Pidie.
“Luas sawah yang menjadi ekses akibat sempit dan dangkalnya saluran irigasi tersebut lebih kurang 140 ha, panjang jaringan saluran yang perlu diperlebar lebih kurang 2700 meter,” sebut Keuchik Razali didampingi Keujrun Blang Miswar Hanafiah.
Katanya, ada sekitar 432 KK yang terlibat langsung dalam pengelolaan sawah dengan memanfaatkan air dari saluran yang berasal dari krueng Tiro tersebut.
“Dampak dari sempitnya saluran irigasi ini, sangat dirasakan petani dari 8 desa yaitu Lhok Usi, Usi Campli, Usi Mesjid, Me Tanjong, Cot Usi, Jojo, Gampong Lada dan Burueuh Jiem,” rinci Tgk Razali.
Kemudian luas sawah yang sudah berlumpur akibat meluapnya air saluran sekitar 90 ha, luas sawah yang panennya kritis (sawah biaya operasionalnya lebih besar dari hasil panen) lebih kurang 75 ha, sawah gagal panen akibat luapan tersebut lebih kurang 10 ha, tambahnya.
“Tiap musim panen petani selalu kecewa karena hasil yang didapat selalu tidak sesuai dengan pengeluaran, ibarat tulak tong tinggai tem,” ujar Tgk Razali Taleb bertamsil.
Tapi apa boleh buat, masyarakat tidak ada pekerjaan lain selain bekerja disawah, jadi walau tidak balik modal (rugi) masyarakat tetap menekuni pekerjaan jadi petani sawah yang sudah digeluti turun temurun, ungkapnya.
Saat ini petani pasrah, bahkan rencana mereka tidak akan turun kesawah pada musim tanam ini, karena kondisi lebih banyak modal dari pada keuntungan hasil yang di dapat.
Tgk Razali mewakili aspirasi warga petani dari 8 desa meminta kepada anggota DPR RI Fraksi PKS M Nasir Djamil agar dapat menyampaikan persoalan ini kepada pemerintah, agar aspirasi petani segera ditanggani dinas terkait, karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
“Petani sudah bosan dan kecewa dengan sistem Musrenbang, hampir setiap tahun diusul, tapi sampai kini tidak pernah terealisasi,” ujar Keuchik Gampong Lada kecewa.
Pewarta : Zulkifli M Kom