BANDA ACEH | ACEH INFO — Perkembangan sektor pariwisata di Aceh masih terhambat oleh persepsi negatif yang berkembang di kalangan wisatawan dan masyarakat internasional.
Penilaian itu disampaikan Wakil Ketua Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DPW Partai NasDem Aceh, Fevi Desy Noliza, Kamis, 9 Januari 2025. Menurutnya, tantangan terbesar dalam mempromosikan Aceh sebagai destinasi wisata adalah stereotip yang seringkali mengaitkan daerah ini dengan konflik masa lalu dan ketatnya aturan agama.
“Persepsi mengenai keamanan, keberagaman sosial, serta penerapan hukum syariat yang lebih ketat dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, seringkali menjadi hambatan bagi wisatawan asing untuk berkunjung,” ujarnya.
Fevi menjelaskan, persepsi negatif tersebut sering ditampilkan masyarakat luar di media sosial. Menurutnya, pada setiap postingan terkait Aceh, selalu ada komentar negatif atau pun pertanyaan terkait kondisi keamanan dan penerapan syariat islam di Aceh.
“Tentu ini menjadi indikator bahwa pandangan masyarakat luar masih belum benar-benar paham terkait kondisi di Aceh,” sebutnya.
Baca Juga: Syech Muharram Mari Bersama-sama Wujudkan Kesejahteraan Rakyat
Ia menekankan pentingnya mengubah persepsi negatif tentang Aceh yang seringkali ditampilkan di media sosial. Ia juga mengajak seluruh lapisan masyarakan untuk manfaatkan media sosial guna mempromosikan keberagaman di Aceh.
“Kita ajak setiap turis yang berkunjung untuk membuat testimoni terkait Aceh, mula dari keramahtamahan warganya, keindahan alamnya, dan segala yang positif terkait tentang Aceh,” ajaknya.
Selain itu, kata Fevi, untuk menarik lebih banyak wisatawan berkunjung, perlu adanya inovasi dalam menciptakan produk pariwisata yang lebih beragam, seperti wisata kuliner, wisata olahraga, atau wisata berbasis komunitas.
“Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini, Aceh memiliki peluang besar untuk memajukan ekonomi kreatif berbasis pariwisata, yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan daerah, dan memajukan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya. []