BANDA ACEH | ACEH INFO – Banjir dan longsor melanda tujuh kabupaten serta kota di Aceh sejak Sabtu, 31 Desember 2021 hingga Minggu, 2 Januari 2022. Kondisi tersebut dinilai memerlukan penanganan maksimal dari pemerintah, sehingga didesak untuk meningkatkan status sebagai bencana provinsi.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh, Ahmad Shalihin, Senin, 3 Januari 2022. Menurutnya peningkatan status tersebut diperlukan, mengingat intensitas curah hujan yang terus meningkat dan berpotensi memperlebar luapan air dan memperparah dampak terhadap masyarakat, infrastruktur publik, dan sosial budaya.
“Selain itu, pemerintah Aceh melalui BPBA selain mempercepat kajian penetapan status keadaan darurat bencana, juga menyiapkan dan memastikan tersampaikan informasi peringatan dini kepada masyarakat yang berada pada zona potensi banjir. Sehingga masyarakat dapat mempersiapkan diri menghadapi bencana banjir,” katanya.
Ahmad Shalihin mengatakan untuk penanganan jangka panjang, pemerintah juga diminta untuk segera menyusun master plan pengelolaan banjir Aceh secara terpadu. Sehingga, kata dia, penanganan bencana banjir di Aceh dapat dilakukan secara konfrehensif dari hulu ke hilir.
“Karena penanganan banjir yang selama ini dilakukan masih secara parsial dan belum mampu menjawab akar persoalan, sehingga bencana banjir terus menjadi agenda tahunan,” ujar Ahmad Shalihin.
Dari data Walhi Aceh, bencana banjir yang terjadi di Aceh Barat, Nagan Raya, Bener Meriah, Aceh Utara, dan Aceh Timur merupakan akumulasi dari dampak kerusakan lingkungan hidup. “Baik yang terjadi di kawasan hulu maupun hilir yang sama-sama memiliki peran keseimbangan alam. Harus dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap peruntukan ruang yang telah ditetapkan dalam Tata Ruang, misalnya peruntukan izin tanaman industri dan perkebunan monokultur kelapa sawit yang ada di Aceh Utara dan Aceh Timur. Agenda revisi Qanun Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh yang sedang digarap tahun ini juga harus menjawab persoalan banjir Aceh,” kata Ahmad Shalihin.
Informasi yang dikumpulkan acehinfo.id menyebutkan, banjir di pergantian tahun ini meliputi tujuh kabupaten dan kota di Aceh. Ke tujuh daerah tersebut adalah Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur, Langsa, Aceh Tamiang, Bener Meriah, dan Aceh Tengah. Selain merusak infrastruktur publik, banjir kali ini juga menelan tiga korban jiwa. Dua di antara korban yang meninggal dunia merupakan warga Aceh Timur dan sisanya merupakan warga Aceh Utara.
Informasi yang dikirim BPBD Aceh Timur menyebutkan, korban jiwa yang meninggal dunia adalah Fazri, 8 tahun. Dia merupakan warga Seuneubok Buya, Kecamatan Idi Tunong. Selanjutnya M. Ficki Raihan, 13 tahun, warga Gampong Berandang, Kecamatan Rantau Peureulak juga disebutkan meninggal dunia di saat sedang mandi di belakang Dayah Rahudatul Huda.
Sementara di Aceh Utara, korban meninggal dunia bernama TM Andika, warga Meuriah, Kecamatan Matang Kuli. Korban tenggelam juga karena terseret arus banjir ketika sedang berenang di wilayah genangan air.[]
PENULIS: BOY NASHRUDDIN AGUS