ACEH INFO | BANDA ACEH – Tim peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Safe Communities Safe Schools (SCSS) Aceh menggelar training of trainer (TOT) and team building, yang mengusung tema “komunitas aman sekolah aman”, di Hotel Grand Arabia, 16 Februari 2022.
Acara yang diikuti oleh dua sekolah sebagai pilot project yakni SMP Negeri 6 dan SMP Negeri 17 Kota Banda Aceh, dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banda Aceh.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banda Aceh, Sulaiman Bakri S.Pd M.Pd, mengatakan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang tidak hanya bertugas meningkatkan kemampuan kognitif atau kemampuan berpikir, namun juga berfungsi menciptakan siswa yang berkarakter.
Ia mengungkapkan, saat ini dunia pendidikan terus menghadapi berbagai permasalahan yang kerap terjadi dikalangan pelajar anak dan remaja, seperti problematika kekerasan, perundungan, motivasi belajar, masalah keluarga dan lainnya. Permasalahan tersebut masih banyak terjadi dan memerlukan perhatian dari semua pihak.
“Anak dan remaja merupakan bagian dari kelompok rentan yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak,” kata Sulaiman dalam sambutanya.
Karena itu, ia mengajak semua pihak untuk bersinergi dalan menangani permasalahan tersebut. Sebab, tanggung jawab sekolah dan Dinas Pendidikan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal tanpa peran stakeholder lainnya, termasuk orang tua, keluarga, lingkungan masyarakat, tak terkecuali lingkungan universitas.
“Kami bekerjasama  dengan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala untuk melaksanakan program di beberapa sekolah SMP di wilayah Kota Banda Aceh yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan,” ujarnya.
Ia berharap, training of trainer (TOT) and team building, Safe Communities Safe Schools (SCSS) Aceh ini diharapkan mampu menjadi starting point untuk menjawab sejumlah permasalahan yang terjadi pada anak dan remaja, terutama di era revolusi digital saat ini.
“Program ini juga diharapkan mampu mewujudkan sekolah aman dan komunitas aman yang juga merupakan program linier dengan Sekolah Ramah Anak,” jelasnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala,Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, Sp.PD-KGH finasim, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan tersebut dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan psikologis dan kesehatan mental remaja di Kota Banda Aceh, yang kemudian akan menjadi model bagi sekolah lainya di seluruh Aceh.
Ia menjelaskan, anak dan remaja merupakan kelompok individu yang sedang mengalami masa transisi dan perkembangan yang sangat pesat dari berbagai aspek kehidupan, yaitu fisik, emosi, psikologis, sosial dan lainnya. Perkembangan ini tentunya memberikan dampak positif dan negatif bagi dinamika kehidupan mereka.
Berbagai permasalahan yang dialami oleh anak dan remaja dapat memengaruhi kesehatan mental dan kondisi psikososial mereka, seperti motivasi belajar, prestasi belajar, perundungan, kekerasan, masalah keluarga dan berbagai hal lainnya yang tentunya memerlukan intervensi pihak lain agar dapat meminimalkan berbagai dampak negatif pada perkembangannya.
Untuk itu, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala bekerjasama dengan Center for the Study and Prevention of Violence (CSPV) Colorado University, University of Copenhagen dan Universitas Indonesia mengadakan program dengan mengadaptasi model Safe Community Safe School (SCSS)  di sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) di Kota Banda Aceh.
“Harapan kami kegiatan ini dapat memberikan dampak yang signifikan pada upaya mewujudkan kesejahteraan psikososial anak dan remaja di kota Banda Aceh,” pungkasnya.