BANDA ACEH | ACEH INFO – Siapa bilang jurnalis hanya mampu menulis berita? Bagaimana kalau mereka juga bisa mengolah vokal di dunia tarik suara? Apakah rakan acehinfo.id bakal percaya?
Yups, edisi akhir pekan ini, redaksi acehinfo.id ingin mengajak pembaca untuk mengenal beberapa jurnalis a.k.a pewarta di Aceh yang gemar mengocok senar dan juga melantunkan balada.
Dari penelusuran singkat diketahui terdapat beberapa nama pewarta Aceh yang kini juga dikenal sebagai seniman. Di antara mereka ada yang sudah mengeluarkan album, beberapa lainnya baru berani meluncurkan karya di channel YouTube pribadi. Siapa saja mereka?
Subur Dani
Nama yang satu ini tak asing lagi di blantika musik Tanoh Rencong. Dia adalah vokalis Tangke Band, sebuah grup band lokal yang mengusung genre musik etnik Aceh.
Jauh sebelum menjadi jurnalis di Serambi Indonesia, pria ini sudah malang melintang di dunia tarik suara. Tembang “Lam Ranto” dan “Han Meuganto” merupakan dua diantara sekian lagu yang kerap dilantunkan Subur Dani bersama Tangke Band.
Selain sebagai jurnalis yang hobby menyanyi, Subur Dani juga dikenal lihai menyusun hikayat.
“Selain sebagai jurnalis, banyak orang menganggapku pelaku seni. Itu karena, jauh sebelum menjadi jurnalis, saya memang bergelut dalam dunia kesenian Aceh,” tulis Subur Dani dalam sebuah introduce di platform media sosial berbasis di luar negeri pada 2018 lalu.
Maimunzir “Bang Gaes”
Pria asal Aceh Timur ini adalah pewarta di Radio Republik Indonesia (RRI). Sebagai seorang pewarta, Bang Gaes—begitu Maimunzir akrab disapa, dikenal mudah akrab dengan orang-orang. Dia juga seorang wartawan yang dikenal berani melakukan liputan kemana saja.
Bang Gaes dalam beberapa tahun terakhir telah banyak melahirkan single yang kemudian diunggahnya ke akun YouTube pribadinya. Beberapa lagu itu bernada satir dan kerap mengkritisi pemangku kebijakan di Aceh.
Beberapa lagu Bang Gaes yang terkenal seperti “Teng Paneng”, “Poh Bandet”, “Pulang Pike”, dan “Bagi Tumpok”. Hampir semua lagu-lagu itu berisi kritikan sosial si jurnalis berwajah brewokan itu terhadap kondisi daerah saat ini.
“Aleh but galak-galak leh cit meukarat/Abeh lampoh-lampoh jirat jipeugala/Hana pike jitimang, yang peunteng fee jih aman/Abeh bak-bak kuburan jiboh tinja”
Begitulah sepenggal lirik karya Nazar Shah Alam yang kini dipopulerkan Maimunzir dalam singel berjudul Teng Paneng. Lagu itu sendiri lahir dari rasa gerahnya atas proyek IPAL di Gampong Pande yang diduga menggusur pemakaman kuno Kesultanan Aceh Darussalam.
Zoel Masry
Lelaki muda ini merupakan jurnalis Kompas. Pernah mendirikan beberapa media, tetapi belakangan lebih banyak disibukkan di dunia tarik suara.
Nama aslinya Zulkarnaini Masry akrab disapa Zoel Masry. Dalam setahun terakhir dia terlihat akrab dengan Studio Sa, sebuah dapur rekaman di Aceh yang didirikan Nazar Shah Alam, sang vokalis Apache13, dan kawan-kawan. Kehadiran Zoel Masry di Studio Sa bukan hanya dalam konteks sebagai pewarta, tetapi dia juga ikut mencoba mengolah vokal menjadi penyanyi yang beberapa singelnya dirilis di akun YouTube.
Album “Ingkeu” adalah debut pertama Zoel Masry di dunia tarik suara. Dalam album tersebut, terdapat beberapa judul lagu yang dibawakan oleh pria berperawakan kecil— yang juga menyukai sepak bola ini.
Wak Ipull
Pria berkaca mata tebal ini merupakan jurnalis di IDNTimes.com yang bertugas di Aceh. Namanya Muhammad Saifullah, seorang “blasteran” Aceh-Mandailing yang ayahnya berasal dari Aceh Utara.
Rekan-rekan sebantal tidur sering menyapa Muhammad Saifullah dengan Wak Ipull. Dia sendiri melakap nama beken dengan Say Ifull. Pemuda bergelar sarjana itu sering memetik gitar di kala waktu senggangnya menjalani profesi jurnalis.
Pada suatu waktu, Wak Ipull memberanikan diri menciptakan lagu. Belakangan lagu-lagu tersebut diluncurkan di YouTube pribadinya. Beberapa kali dia juga diundang untuk perform di beberapa hajatan, seperti di acara LBH Banda Aceh beberapa waktu lalu.[]