BANDA ACEH | ACEH INFO – Mobil pemadam kebakaran canggih milik Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DKPP) Banda Aceh senilai Rp17 miliar tidak dapat difungsikan. Inilah yang membuat mobil yang merupakan hibah Pemerintah Aceh bersumber dana Otonomi Khusus melalui APBA 2014 itu tidak diterjunkan kala kebakaran Suzuya Mall pada Senin, 4 April 2022 lalu.
Kondisi mobil damkar yang memiliki spesifikasi mesin kendaraan 370 HP, 6X4R, 11000 CC dan dilengkapi komputerisasi canggih tetapi tengah rusak tersebut baru diketahui setelah DPRK Banda Aceh meninjau markas DPKP, Kamis, 7 April 2022.
Dalam tinjauan tersebut, pimpinan DPRK bersama Komisi II DPRK juga menemukan sejumlah mobil damkar dan mobil suplai air yang berkarat lantaran dipakai untuk menyemprot disinfektan. Begitu pula dengan alat pelindung diri personil damkar yang dinilai tidak layak pakai lagi.
Baca: Ini Kata Kabid Damkar Terkait Kebakaran Suzuya Mall
Tinjauan ini dilakukan setelah DPRK Banda Aceh melakukan pertemuan dengan DPKP sehari sebelumnya, di DPRK Banda Aceh, Rabu, 6 April 2022.
“Yang kita sayangkan adalah mobil tangga yang bernilai sekitar Rp 17 miliar dengan kapasitas pompa maksimal 5.000 liter permenit dan berkekuatan semprot sampai 30 bar ini, tidak bisa dioperasionalkan karena bermasalah dengan trigernya, kemudian hidroliknya, seharusnya mobil ini sudah diservis sejak tiga tahun lalu. Makanya tidak dapat digunakan pada kebakaran Suzuya Mall,” kata Ketua DPRK Banda Aceh, Farid Nyak Umar.
Dewan Kota Banda Aceh juga melihat kondisi peralatan APD personel pemadam yang memprihatinkan. Baju tahan api dan baju tahan bara milik personil juga berusia hampir 20 tahun. Begitu pula dengan kondisi tabung gas dan beberapa peralatan lainnya.
Selain itu, APD yang diperlukan juga dinilai tidak mencukupi untuk 80 personil Damkar. Seharusnya, menurut Farid, armada DPKP memiliki 80 persen APD standar yang bisa digunakan untuk penanganan kebakaran besar seperti Suzuya Mall.

Baca: Dua Personel Damkar Tumbang, Satu Masih Pingsan
Senada dengan Farid, Sekretaris Komisi II DPRK Banda Aceh Ramza Harli meminta DKPP untuk memperbaiki mobil damkar canggih seharga Rp17 miliar. Menurutnya keberadaan mobil tersebut sangat diharapkan dalam menanggulangi kebakaran di ibu kota provinsi yang kini memiliki beberapa gedung bertingkat.
“Kami meminta agar DPKP mengusulkan anggaran untuk perbaikan mobil ini, apa yang rusak dan berapa biayanya untuk diusulkan kembali, sangat disayangkan selama ini tidak dialokasikan anggaran untuk perawatan mobil canggih ini, sedangkan dana pemeliharaan (maintanance) armada damkar lainnya pun sangat terbatas,” kata Ramza.
Politisi Gerindra itu menambahkan, DPKP merupakan instansi yang vital karena menyangkut hajat hidup orang banyak sehingga harus didukung dalam hal anggaran, sehingga tidak bisa disamakan dengan OPD lainnya. Menurutnya sudah beberapa kali peristiwa kebakaran terjadi di Banda Aceh dan mobil tersebut tidak bisa difungsikan secara maksimal, seperti kebakaran Bank Aceh dan Sinbun Sibreh.
Sementara itu, Plt Kadis Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Banda Aceh, Yubasri, menyampaikan untuk saat ini pihaknya memiliki 14 unit mobil pemadam, tapi tidak semuanya siap untuk dioperasikan. Sebagian besar armada menurutnya perlu perbaikan intensif mengingat sebagian besar sudah berusia 20 tahun ke atas. Selain itu, tiga unit damkar bahkan sudah rusak berat.
Baca: Perjuangan Jagawana Api di Kebakaran Suzuya Mall
“Di samping perbaikan rutin untuk armada yang sudah ada, idealnya kita butuh sekitar sepuluh unit armada damkar lagi, termasuk mobil suplai air kapasitas 20 ton untuk mendukung mobil tangga canggih tersebut,” kata Yubasri didampingi Kabid Pencegahan Nasri dan Kabid Pemadam dan Penyelamatan, Azhari.
Plt Kepala DPKP menambahkan pihaknya juga perlu tambahan alat pelindung diri (APD) untuk personil damkar sehingga tidak perlu digunakan secara bergantian, sebab saat ini hanya tersedia 33 unit.
“Mudah-mudahan DPRK dapat mensupport kebutuhan armada dan APD kami. Termasuk mobil damkar tangga ini yang memang harus diperbaiki secara khusus dan intensif, karena memang alatnya memiliki nilai yang mahal, ini sudah berusia delapan tahun seharusnya sudah dilakukan perbaikan menyeluruh beberapa tahun yang lalu,” kata Yubasri.[]