Oleh: Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA*
Bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Oleh karena itu, bulan ini dijuluki oleh Rasullulah shallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sayyidusy syuhur (penghulu segala bulan).
Di antara keutamaan bulan Ramadhan yaitu: Pertama: Bulan Ramadhan merupakan syahrusy syiyam (bulan puasa) di mana diwajibkan berpuasa padanya selama sebulan penuh. Selain sebagai suatu kewajiban, puasa Ramadhan juga merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Allah ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Al-Baqarah: 183).
Allah ta’ala juga berfirman, “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah.” (Al-Baqarah: 185)
Dari Thalhah bin Ubaidillh, ia berkata, “Seseorang bertanya kepada Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, ” Wahai Rasulullah, beritahu kepadaku puasa apa yang diwajibkan oleh Allah ta’ala atasku?. Beliau menjawab, “Puasa Ramadhan”. Ia bertanya lagi, “Apakah ada puasa lain yang wajib atasku?”. Beliau menjawab, “Tidak ada, kecuali kamu melakukan puasa sunnat.” (HR. Al-Bukhari)
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, syahrun mubarak (bulan yang diberkahi). Diwajibkan atas kalian berpuasa padanya.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi)
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam dibangun atas lima rukun (pilar) yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah, mengerjakan shalat, membayar zakat, berpuasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Kedua: Ramadhan merupakan syahrul Qur’an (bulan Al-Qur’an). Dinamakan bulan Ramadhan sebagai bulan Al-Qur’an, karena pada bulan ini diturunkan Al-Qur’an. Diturunkannya Al-Qur’an pada bulan Ramadhan menjadi bukti nyata kemuliaan dan keagungan bulan Ramadhan.
Allah ta’ala berfirman: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).. (Al-Baqarah: 185).
Allah ta’ala juga berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Qur’an) pada malam qadar” . (Al-Qadr: 1). Allah ta’ala juga berfirman: “sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. ) Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.” (Ad-Dukhan: 3)
Oleh karena itu, pada bulan Ramadhan ini kita sangat digalakkan untuk memperbanyak tadarus Al-Qur’an (berinteraksi dengan Al-Qur’an), yaitu membaca, memahami, mengkhatamkan, menghafal, dan mempelajari Al-Qur’an. Sesuai dengan Sunnah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.
Tanpa membaca, memahami, dan mempelajari Al-Qur’an, maka kita tidak mungkin mengamalkan Al-Qur’an. Sedangkan mengamalkan Al-Qur’an hukumnya wajib ‘ain. Untuk itu, kita wajib membaca, memahami dan mempelajari Al-Qur’an pada setiap waktu termasuk di bulan Ramadhan. Memperbanyak tadarus Al-Qur’an sangat dianjurkan di setiap waktu terutama di bulan Ramadhan.
Ketiga: Ramadhan merupakan syahrun mubarak (bulan keberkahan). Maknanya, setiap ibadah dan amal shalih (kebaikan) yang dilakukan di bulan Ramadhan, maka Allah ta’ala melipat gandakan pahalanya..
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ketika bulan Ramadhan datang, Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, syahrun mubarak (bulan yang diberkahi). Diwajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pada bulan tersebut pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Padanya juga terdapat suatu malam (yang ibadah padanya) lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang kebaikan pada malam tersebut, maka ia telah terhalang dari kebaikan tersebut.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi)
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah di hadapan para sahabatnya, “Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) padanya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnat. Barangsiapa yang mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan (pada bulan itu), seolah-olah ia mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan lainnya. Barangsiapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib padanya, ia seolah-olah mengerjakan tujuh puluh kewajiban di bulan lainnya.” (HR. Al-Baihaqi).
Keempat: Pada bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan dibelenggu. Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila masuk bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan pun dibelenggu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Apabila malam pertama bulan Ramadhan tiba, maka setan-setan dari jin-jin Ifrit dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup sehingga tidak satupun darinya terbuka, dan pintu-pintu surga dibuka sehingga tidak satupun pintu yang tertutup. Kemudian ada seorang (malaikat) penyeru yang memanggil: “Wahai pencari kebaikan sambutlah dan wahai para pencari kejahatan kurangilah”, dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ketika bulan Ramadhan datang, Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, syahrun mubarak (bulan yang diberkahi). Diwajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pada bulan tersebut pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Padanya juga terdapat suatu malam (yang ibadah padanya) lebih baik dari seribu bulan.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi)
Kelima: Ramadhan merupakan bulan ibadah dan taqwa. Dinamakan bulan Ramadhan dengan bulan ibadah dan takwa karena bulan Ramadhan memberikan motivasi kepada umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan amal shalih serta meninggalkan maksiat. Maka, bulan Ramadhan menjadi sarana untuk menjadi orang yang bertakwa.
Allah ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Al-Baqarah: 183).
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Apabila malam pertama bulan Ramadhan tiba, maka setan-setan dari jin-jin Ifrit dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup sehingga tidak satupun darinya terbuka, dan pintu-pintu surga dibuka sehingga tidak satupun pintu yang tertutup. Kemudian ada seorang (malaikat) penyeru yang memanggil: “Wahai pencari kebaikan sambutlah dan wahai para pencari kejahatan kurangilah”, dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).
Pada bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan diikat. Dengan demikian, Allah ta’ala telah memberi kesempatan kepada para hamba-Nya untuk menjadi orang yang bertakwa dan masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka lakukan pada bulan Ramadhan. Setanpun tidak diberi kesempatan untuk mengoda dan menyesatkan manusia.
Selain itu, para pelaku maksiat dipersempit ruang gerak untuk berbuat maksiat pada bulan Ramadhan. Karena, pada bulan ini mereka harus menahan nafsu dan maksiatnya. Karena umat Islam sekitarnya menghalanginya untuk berbuat maksiat. Atau pemerintah daerahnya membuat aturan syari’ah larangan maksiat terlebih lagi di bulan Ramadhan. Maka, tempat-tempat maksiat, hiburan-hiburan yang mengumbar birahi serta fasilitas maksiat ditutup. Para setan yang menjadi guru para pelaku maksiat selama ini pun dibelenggu pada bulan Ramadhan ini.
Begitu pula nafsu yang menjerumuskan manusia ke neraka juga dikekang dengan ibadah puasa. Karena, puasa itu penahan nafsu dan maksiat sebagaimana sabda Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam: “Puasa adalah perisai (penahan nafsu dan maksiat)” . (HR. Ahmad, Muslim dan An-Nasa’i)
Keenam: Ramadhan merupakan bulan maghfirah (pengampunan dosa). Allah ta’ala mengampuni dosa bagi orang yang berpuasa dan melakukan qiyam Ramadhan (shalat Tarawih, Tahajud, dan Witir). Ibadah-ibadah ini merupakan sarana pengampunan dosa.
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at, dan Ramadhan ke Ramadhan itu menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi”.(HR. Muslim).
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: ”Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:”Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dan mengetahui batasannya serta menjaga dari hal-hal yang patut dijaga darinya maka diampuni dosa yang telah lalu.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi)
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:”Barangsiapa yang melakukan qiyam Ramadhan (menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat tarawih, tahajud dan witir) dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ketujuh: Ramadhan merupakan bulan itqun minan nar (pembebasan dari api neraka). Setiap malam di bulan Ramadhan Allah ta’ala membebaskan hamba-hamba yang dikehendaki dari api neraka. Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam Ramadhan.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).
Kedelapan: Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang bernama Lailatul Qadar. Keutamaan malam ini adalah nilai pahala ibadah atau amal shalih padanya lebih baik daripada seribu bulan atau setara dengan delapan puluh tiga tahun. Allah ta’ala berfirman: “Dan tahukah kamu Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Al-Qadar: 2-3).
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Pada bulan Ramadhan ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang dihalangi kebaikan malam ini, maka sunggah ia terhalang dari mendapatkan kebaikan tersebut”. (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).
Oleh karena itu, kita sangat digalakkan untuk melakukan ibadah i’tikaf pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, dalam rangka mencari Lailatul Qadar mengikuti sunnah Rasul shallahu ‘alaihi wa sallam.
Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir (dari bulan Ramadhan), Nabi menghidupkan waktu malam beliau, membangunkan keluarga beliau untuk beribadah, dan mengencangkan ikat pinggang.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain: “Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam sangat giat beribadah pada sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) melebihi ibadah beliau pada hari-hari lainnya.” (HR. Muslim)
Demikianlah di antara keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan sebagaimana dijelaskan oleh Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits yang shahih. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam untuk memberi motivasi dan semangat kepada umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan amal shalih di bulan Ramadhan. Maka, raihlah keutamaan-keutamaan ini dengan melakukan ibadah yang maksimal, optimal dan betkualitas.(yaitu sesuai dengan petunjuk Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam).
Berbagai keutamaan ini hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang melakukan berbagai ibadah dan amal shalih seperti puasa, tadarus Al-Qur’an, shalat-shalat sunnat khususnya Tarawih, Tahajud dan Witir, Zikir, memberi bukaan puasa dan sahur, zikir, dan infak.
Sebagai penutup, mari kita memperbanyak ibadah dan amal shalih di bulan Ramadhan ini dengan maksimal, optimal dan berkualitas agar kita dapat meraih berbagai keutamaan bulan Ramadhan. Raihlah berbagai keutamaan ini dengan memperbanyak ibadah dan amal shalih yang maksimal, optimal dan berkualitas.
Mari kita menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai bulan Ramadhan terbaik dalam seumur hidup kita. Barangkali ini Ramadhan terakhir kita. Semoga Allah ta’ala menerima ibadah kita dan semoga kita dapat meraih berbagai keutamaan bulan Ramadhan. Aamin..!
*Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Syah Kuala Banda Aceh, Dosen Fiqh dan Ushul pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM)