JAKARTA | ACEH INFO – Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim pihaknya memiliki big data yang berisi aspirasi publik di media sosial untuk Pemilu 2024. Big data tersebut, diklaim Luhut, merekam 110 juta suara warganet yang menginginkan pelaksanaan Pemilu ditunda.
“Karena begini, kita kan punya big data, saya ingin lihat, kita punya big data, dari big data itu, kira-kira meng-grab 110 juta. Iya, 110 juta, macam-macam, Facebook, segala macam-macam, karena orang-orang main Twitter, kira-kira orang 110 jutalah,” kata Luhut, dikutip dari detikNews, Jumat (18/3/2022).
Klaim soal big data milik mantan Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia ini pun menuai kritikan dari berbagai pihak. Bahkan salah satu pakar media sosial Ismail Fahmi pun memberikan data sanggahan pada big data yang dipegang oleh Luhut tersebut.
Sebetulnya, apa itu big data?
Big data sendiri diasumsikan sebagai wadah atau media penyimpanan yang menawarkan ruang tak terbatas, serta kemampuan untuk mengakomodasi dan memproses berbagai jenis data dengan sangat cepat. Dinukil dari Sistem Knowledge Management TIK Kemendikbud, big data menjadi solusi dalam pertumbuhan data yang terus meningkat pada era digital ini.
Secara istilah, big data menurut perusahaan komputer IBM (International Business Machines Corporation) adalah kumpulan data dengan ragam jenis dan ukurannya berada di luar kapasitas database relasional. Baik dalam menyimpan, mengelola, hingga memproses datanya dengan latensi rendah.
Misalnya, ada 64.140 postingan Instagram story, 336.480 panggilan Skype, 567.360 tweet, 5.365.260 orang yang menonton YouTube, hingga 5.500.560 pencairan di Google dalam setiap detiknya yang dihasilkan secara bersamaan di dunia ini, seperti analisis dari program analisis statistik SAS.
Sebab itu, big data memiliki peran penting bagi perusahaan atau instansi dalam menjalankan bisnisnya. Big data dapat membantu untuk menghemat biaya, mengambil keputusan dengan cepat dan cerdas, serta dalam mengembangkan produk.
Salah satu contoh penggunaan big data dalam pemerintahan Indonesia dapat dibuktikan dengan keberadaan DAPODIK atau Data Pokok Pendidikan. Sebuah sistem pendataan skala nasional yang terpadu sekaligus sumber data utama pendidikan nasional yang menjadi bagian dari program perencanaan pendidikan nasional.
Karakteristik big data
Big data sendiri memiliki tiga struktur yang tiga karakteristik yang dapat menjelaskan identitasnya. Ketiga karakteristik ini kemudian dikenal dengan sebutan Three V atau tiga V.
Three V itu terdiri dari Volume, Velocity, dan Variety. Untuk Volume berarti jumlah data yang sangat besar dari berbagai sumber, untuk saat ini mungkin sudah mencapai puluhan terabyte hingga ratusan petabyte ukurannya.
Kemudian, Velocity untuk menjelaskan frekuensi munculnya data dan perubahan data sangat cepat dalam hitungan detik. Lalu terakhir, Variety bermakna data yang sangat beragam mempunyai format yang berbeda-beda baik terstruktur maupun tidak terstruktur.
Kapan big data lahir?
Dilaporkan dari catatan perusahaan software manajemen database Oracle, meski konsep big data itu sendiri dapat terbilang baru, asal-usul kumpulan big data ternyata sudah ada sejak tahun 1960-an dan 70-an. Tepatnya saat dunia data baru dimulai dengan pusat data pertama dan pengembangan database relasional.
Hingga mulai sekitar tahun 2005, orang-orang mulai menyadari betapa banyaknya data yang dihasilkan pengguna internet saat itu. Hadoop, sebuah piranti lunak yang dibuat khusus untuk menyimpan dan menganalisis kumpulan big data, dan NoSQL pun mulai turut dikembangkan.[]