Oleh: Alif Alqausar
Kemajuan suatu bangsa tidak lagi hanya ditentukan oleh penguasaan Sumber Daya Alam (SDA) yang berlimpah, tetapi harus diimbangi juga oleh aspek pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).
Sumber Daya Alam yang berlimpah tidak berarti banyak apabila tidak dibarengi dengan kualitas manusianya. Seberapa besar SDM suatu bangsa mampu mengoptimalkan aset dan kekayaan alam yang dimiliki melalui pemanfaatan keahlian,kompetensi dan pengetahuan. Kemampuan memberikan nilai tambah atas apapun adalah kunci pertumbuhan dan kemajuan. Produk dan jasa dengan nilai tambah tinggi dipastikan lebih bisa memenuhi kebutuhan, lebih dapat diterima dan mempunyai daya saing tinggi.
Pembangunan sumber daya manusia merujuk pada usaha-usaha peningkatan kesehatan,pengetahuan,keterampilan,kemampuan, akhlak, dan karakter untuk meningkatkan produktivitas untuk kesejahteraan bangsa. SDM unggul merupakan faktor kunci dalam kemajuan suatu bangsa.
Menurut Forbes, Manusia yang unggul pada tahun 2030 adalah mereka yang dapat bekerja dengan menggunakan teknologi, memiliki keterampilan data yang mumpuni, serta memiliki keterampilan untuk berpikir aktif dan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.
Dilihat dari capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), terdapat modal dasar untuk mengakselerasi perwujudan manusia unggul pada 2030. Merujuk pada IPM, manusia unggul dilihat dari eksistensinya sebagai manusia yang memiliki kapasitas untuk menentukan pilihan dan menyuarakan pilihan dalam berbagai askpek dan dinamika kedepan.
Tantangan yang dihadapi bangsa kita sangat beragam, di antaranya kesenjangan regional, persaingan global, dan perkembangan teknologi. Pemerintah perlu mendorong investasi dalam bidang pendidikan yang memadai,pelatihan guru yang baik,kurikulum yang relevan,serta menciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan.
Perguruan tinggi (PT) sebagai pencetak generasi akademisi penerus bangsa memiliki segudang tantangan. Terutama dalam membentuk sumber daya manusia berkualitas dan terampil, agar mampu bersaing di era Revolusi Industri 4.0, juga transformasi digital seperti saat ini. Untuk memiliki daya saing, maka dibutuhkan kemampuan untuk mengantisipasi tantangan dan peluang.
Perguruan tinggi sebagai penyelengara pendidikan tinggi adalah salah satu pihak yang dituntut berperan dalam melahirkan manusia unggul. Tridarma perguruan tinggi (pengajaran, penelitian, pengabdian pada masyarakat) memerlukan penajaman fokus untuk berdampak pada lahirnya manusia unggul yang mendukung Indonesia keluar dari pendapatan menengah. Sivitas akademika dituntut untuk secara kontinu meningkatkan kapasitas individu, organisasi, dan sistem yang mendukung perwujudan manusia berkualitas.
Upaya meningkatkan kualitas SDM dalam hal ini lulusan PT harus didukung dengan peningkatan kualitas pengetahuan yang ada pada PT itu sendiri. Langkah strategis adalah peningkatan intensitas dan kualitas dari penelitian para dosen. Semakin tinggi kualitas pengetahuan para dosen, semakin tinggi pula kualitas pengetahuan mahasiswa.
Upaya mewujudkan SDM unggul dapat dilakukan melalui beberapa hal, diantaranya peningkatan kualitas pendidikan, pengembangan kompetensi, inovasi teknologi, dan mendorong semangat wirausaha.
Perkembangan teknologi yang maju begitu pesat menuntut manusia harus adaptif. Perguruan tinggi diposisikan sebagai institusi penghasil sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan dapat mengisi kebutuhan dunia kerja dengan standar mutu yang optimal.
Perubahan besar yang terjadi di era industri 4.0 menjadi tantangan perguruan tinggi untuk bergerak tumbuh dan maju bersama menghadapi lawan-lawan terbaiknya, yakni peradaban baru digitalisasi. Dampak Revolusi Industri tersebut, sampai dengan 2025 ada 97 juta pekerjaan baru yang akan menggantikan 85 juta pekerjaan lama.(WEF,2020)
Kebutuhan keterampilan (skill) baru seperti seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence), data analytic, machine learning, dan teknologi digital lainnya. Begitu pula keterampilan lunak (soft skill) terkait dengan penyelesaian masalah yang kompleks, berpikir kritis, kolaborasi dan komunikasi juga makin dibutuhkan.
Memasuki era disrupsi teknologi kita perlu mengambil pandangan lebih luas dengan menarik situasi pendidikan kita kedalam konteks evolusi kebudayaan masyarakat pascamodern. Angin kencang perubahan yang diakibatkan oleh disrupsi 4.0 memaksa perguruan tinggi harus bergegas menajamkan strateginya untuk menghadapi ajakan perubahan tersebut.
Perubahan yang dimaksud diatas yaitu diperlukan transformasi ekosistem perguruan tinggi secara menyeluruh baik kurikulum, agenda riset, maupun tata kelola.Perubahan kurukulum program studi yang harus disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan relevan dengan kebutuhan industri jika ingin tetap eksis dicari peminatnya. Transformasi kurikulum, targetnya adalah untuk menghasilkan lulusan dengan keterampilan baru yang mampu merespons perubahan dan kompatibel dengan kebutuhan industri. Cirinya terletak pada kekuatan keterampilan baru, pola pikir tumbih,kreatif,visioner, jiwa kepemimpinan, dan fondasi integritas yang kuat.
Selanjutnya, perguruan tinggi harus memperbanyak jejaringnya dengan kerja sama kemitraan antara perguruan tinggi dan industri untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, berkualitas dan mempersiapkan lulusan yang siap bekerja serta memahami dunia industri.
Kemudian, aspek kemampuan belajar. Di kancah global, pengetahuan itu terus-menerus berkembang secara dinamis. Meski kita memiliki tingkat penguasaan pengetahuan dan kompetensi yang tinggi, ini semua bisa kehilangan relevansinya ketika terjadi perubahan-perubahan di lingkungan kerja.
Perbaikan sistem pendidikan, terutama revitalisasi sistem pendidikan tinggi dan pendidikan vokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan industri dan perkembangan teknologi,peningkatan kompetensi melalui pelatihan dan sertifikasi, harusnya terus jadi prioritas.
Bahan bakar utama untuk meningkatkan kulitas manusia Indonesia yaitu dengan malalui proses pendidikan. Karena dengan pendidikan seseorang menjadi insan pencipta, pekerja kreatif dan cerdas.
Melalui proses pendidikan pula akan terjadi transfer ilmu pengetahuan dan teknologi, transfer pola pikir, pembinaan perilaku, serta penguatan karakter termasuk menjadi pemelajar sejati yang belajar sepanjang hayatn.
Disisi lain, semakin terdidik suatu komunitas,maka akan semakin senang menggunakan produk hasil inovasi, kondisi tersebut menyebabkan permintaan terhadap produk inovasi semakin meningkat. Implikasinya perusahaan akan terangsang untuk berinovasi, mendesain dan menerapkan proses produksi yang melibatkan unsur teknologi lebih tinggi sehingga volume produksi meningkat secara keseluruhan dan pertumbuhan ekonomi serta PDB per kapita meningkat.
Menyiapkan dan mewujudkan SDM andal yang akan menjadi penghuni peradaban baru masa depan Indonesia caranya dengan membangun kerjasama antara kampus, dunia usaha, dan pemerintah harus terus menerus berinteraksi serta saling menghilangkan sekat-sekat ego sektoral, kemudian melakukan kolaborasi dalam merealisasikan program akselerasi bagi terwujudnya SDM Indonesia yang kompetitif di era industri 4.0.
Komitmen serta serta sinergi harmonis antara kampus, dunia usaha, dan pemerintah ataupun semua pihak menjadi kunci pengembangan sistem pendidikan di Indonesia. Tiap-tiap elemen memiliki peran untuk berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan, mulai dari pengelolaan kebijakan, pembiayaan dan anggaran terutama penyediaan beasiswa, penguatan sistem dan kurukulum pembelajaran, pengembangan inovasi, serta partisipasi dalam membangun kemitraan.
Melalui semangat gotong royong, harmoni jejaring kolaborasi akan menjadi kekuatan pendidikan untuk mencetak SDM unggul dan merespons derasnya tantangan masa depan Indonesia.[]
Penulis adalah Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh