Namanya Alue Naga, tapi kaum milenial suka menyebutnya Dragon River. Lokasi wisata lokal di Banda Aceh yang ramai dikunjungi warga di setiap akhir pekan.
Matahari baru sepenggalah di muara Krueng Cut, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Sabtu, 11 Juni 2022. Para nelayan mulai pulang satu-satu. Di ujung kanal di dekat jembatan, puluhan penggalas (muge eungkot) sudah menunggu.
Di hari-hari libur akhir pekan, memang ramai penduduk Kota Banda Aceh dan sekitarnya yang mencari ikan segar ke sini. Tapi kadang-kadang para pembeli kalah cepat dengan agen dan penggalas yang memborong ikan untuk dijual kembali ke pasar-pasar tradisional
Beberapa pemancing terlihat di di muara sungai, sementara di sisi barat muara para pengunjung pantai itu berjemur di bawah sinar matahari yang baru naik di ufuk timur. Sinar ultraviolet terpantul ke dalam air membentuk bayangan.
Baca Juga: Berendam Dalam Asrinya Wisata Pemandian Krueng Sarah
Batu-batu besar yang sering disebut sebagai babut gajah tersusun rapi membentuk pematang di sisi barat dan timur muara. Susunan batu yang sering disebut sebagai breakwater itu dibangun untuk pemecah ombak, sehingga nelayan bisa mudah keluar dan masuk ke ke muara saat pulang dan pergi melaut.
Breakwater itu juga dibangun untuk mencegah terjadinya abrasi dan pendangkalan muara sungai, sehingga aktivitas nelayan bisa berjalan dengan baik dan selamat, baik ketika air pasang maupun gelombang besar.
Breakwater tidak hanya dibangun di muara sungai, tapi juga di berbagai pelabuhan, tujuannya untuk melindungi kawasan pelabuhan dari ombal besar, sehingga ombak yang masuk ke dalam kolam labuh menjadi kecil setelah terpecah karena menghantan tanggul.
Tanggul pemecah ombat juga tidak selamanya dibuat dari susunan batu gajah. Ada kalanya di beberapa muara sungai atau pelabuhan dibuat dari susunan beton pracetak yang sering disebut sebagai tetrapod. Meski memiliki nama yang beda, antara breakwater dan tetrapod mempunyai fungsi yang sama.
Baca Juga: Kuah Eungkot Keureulieng Kuliner Para Raja
Muara Krueng Cut, Alue Naga itu terbelah dua. Kanal kembar ini dipisahkan oleh satu jalan yang berujung pada tanggul pemecah ombak (breakwater) di mulut muara. Nama Alue Naga di kalangan anak muda setempat sering disebut dalam bahasa Inggris sebagai Dragon River. Kanal sisi timurnya merupakan kanal banjir (floodway) yang digali oleh Pemerintah Provinsi Aceh pada masa Gubernur Ibrahim Hasan untuk mencegah terjadinya genangan banjir.
Kanal banjir atau floodway sepanjang sepuluh kilometer itu terbentang mulai dari muara Krueng Cut di Alue Naga di sisi utara hingga ke Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar di sisi selatan yang langsung tersambung ke aliran sungai Krueng Aceh. Sehingga ketika debit air Krueng Aceh meluap akan masuk ke kanal tersebut langsung menuju ke laut, tidak lagi mengenangi pemukiman penduduk.
Sementara kanal di sisi barat merupakan alur ke pertambakan warga di kawasan desa Tibang dan sekitarnya yang berujung pada hutan bakau di sekitar tambak warga. Kanal itu juga menjadi tempat masyarakat memancing dan melakukan budi daya tiram
Kanal yang dibangun pada tahun 1990-an saat Aceh dipimpin Gubernur Ibrahim Hasan itu, kini sudah banyak berubah. Sepanjang sepuluh kilometer alur yang membentang dari desa Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar itu sampai ke pesisir pantai desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.
Di salah satu kelokan Krueng Aceh di desa Siron itu kanal dibangun lurus hingga ke tepi pantai. Pembangunannya dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir. Sebelum kanal itu dibuat setiap tahun banjir merendam Kota Banda Aceh.
Baca Juga: Ke Aceh Jangan Lupa Nikmati Kuliner Legendaris Kuah Cue
Menelusuri kanal itu dari jalan di sisi bantaran, kita bisa melihat di sisi kiri dan kanan kanal terbentang lahan yang digunakan untuk berbagai aktivitas masyarakat. Lahan di sisi kiri dan kanal itu memang telah dibebaskan dan menjadi milik Pemerintah Aceh, meski demikian, lahan itu masih bisa tetap dimanfaatkan oleh masyarakat, baik sebagai lahan untuk budi daya ternak, lapangan olahraga, hingga kebun tanaman muda untuk agrowisata.
Seperti di bawah jembatan Cot Iri di ujung barat dan timur jembatan, di bawahnya dibangun café terbuka berkonsep alam dengan kebun tanaman muda dan sayur mayur, serta kolam ikan. Kedua café itu menjadi salah satu destinasi wisata bagi masyarakat lokal, sekedar untuk menikmati kopi dan bercengkrama bersama keluarga.
Jauh ke utara, di dekat jembatan Krueng Cut juga dibangun sebuah taman bermain, taman itu dinamai Taman Kencana lengkap dengan fasilitas permainan anak-anak. Sementara semakin ke utara di atas bantara sungai yang rindang dengan pepohonan, kursi-kursi dan meja tersusun rapi, pengunjung bisa menikmati suasana sore yang sepoi sambil bersantai bersama keluarga.
Semakin jauh ke utara, jumlah pengunjung semakin banyak, mereka adalah para pemancing yang menggunakan mulut kanal yang terhubung ke laut itu sebagai tempat memancing ikan. Saban hari ramai orang berkunjung ke sana, mulai dari yang ingin menikmati suasana pantai, memancing, hingga membeli ikan dari nelayan yang pulang melaut. Benar-benar lokasi wisata yang murah meriah dengan pesona alam yang memanjakan mata.[]