Kompleks Bate Balee menyimpan pengetahuan tentang era kejayaan Samudera Pasai. Dibutuhkan perhatian besar dari pemerintah untuk merawat identitas bangsa yang dikhawatirkan bakal hilang dimakan usia itu.
+++
SINAR matahari baru saja terbit dari ufuk timur. Warnanya cerah dan panasnya menyengat kulit manusia yang berlalu di sepanjang jalan rabat beton sempit itu. Jalan ini merupakan lintasan menuju ke makam Bate Balee, yang terletak di Desa Meucat, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Di Bate Balee itulah terdapat beberapa sultan Kerajaan Samudera Pasai dimakamkan.
Peneliti Sejarah Aceh, Husaini Usman Senin, 27 Juni 2022, menyebutkan makam yang sudah ada sejak abad ke 15 Masehi tersebut menyimpan peradaban Islam yang cukup tinggi. Sementara jasad yang dikuburkan di sana merupakan generasi ketiga dari kerajaan Samudera Pasai.
Selain itu, menurut Husaini, nama-nama sultan yang dikebumikan di kompleks Bate Balee tersebut juga tertera di mata uang dirham yang pernah dikeluarkan Kerajaan Samudera Pasai pada masa kejayaannya. Mereka adalah Sultan Shalahuddin, Abu Zaid Ahmad, Mu’izzuddunya Waddin Ahmad, Muhammad Syah, Al Kamil bin manshur, Abdullah bin Manshur, Muhammad Syah III, Abdullah bin Mahmud dan Sultan Zainal Abidin IV.
“Peristiwa sejarah merupakan peristiwa yang terjadi di masa lalu dan tidak bisa diulang kembali, setiap rentetan peristiwa yang terjadi itu, maka akan selalu kekal abadi, serta selalu ada dalam ingatan,” ujar Husaini.
Kompleks makam para Sultan Pasai ini menurut Husaini, pernah dimanfaatkan oleh peneliti dari Belanda, Christian Snouck Hougronje. Dia disebutkan pernah meneliti kompleks makam itu dan hasilnya digunakan Hindia Belanda untuk menghapus jejak sejarah Pasai.
Sayangnya, makam para pembesar Samudera Pasai itu kini tak terurus. Banyak nisan yang rusak dan epigrafnya mulai pudar. Dikhawatirkan jika pemerintah terus abai, maka jejak sejarah Samudera Pasai itu bakal sirna.
“Makam ini merupakan peninggalan peradaban Islam di masa lalu, namun saya kalau tidak ada yang memperdulikannya, maka ini akan sirna begitu saja. Kalau saja tulisan di nisannya itu sudah tidak bisa dibaca lagi, maka ini merupakan pukulan berat bagi kita semua,” tutur Husaini.
Dirinya berharap kepada Pemerintah Aceh agar lebih memperdulikan tentang situs sejarah karena sangat banyak sekali yang terbengkalai. Menurutnya sejarah ini merupakan identitas sebuah bangsa. Apabila identitas itu hilang, maka suatu daerah tersebut tidak lagi memiliki jati diri.
“Saya berharap agar ada perhatian dari pemerintah untuk merawat situs sejarah Bate Balee karena ini sangat penting menginggat nilai sejarahnya cukup tinggi,” pungkas Husaini Usman.[]
EDITOR: BOY NASHRUDDIN AGUS