Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar memperkenalkan keunikan perempuan Aceh kepada Direktur International Labour Organizatio (ILO) untuk Indonesia dan Timor Leste, Simrin Singh. Ia menyebut Semangat yang ditinggalkan Cut Nyak Dhien bisa direvitalisasi untuk membangun kejayaan nilam Aceh.
Hal itu disampaikan Mahendra pada acara kolaborasi penguatan ekosistem rantai nilai minyak nilam Aceh, di AAC Dayan Dawod, Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Selasa, 15 Oktober 2024. Pada acara itu juga dilakukan penandatangan kerja sama ILO dan USK, serta peluncuran aplikasi MyNilam dan ekspor perdana minyak nilam produksi desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI).
Mahendra Siregar menyambut baik kerja sama yang dibangun USK dan ILO dalam aplikasi MyNilam. Pemberdayaan petani nilam di Lhoong, Aceh Besar dalam EKI merupakan kesempatan bagi petani untuk menerima pembiayaan dari perbankan dan industri jasa keuangan lainnya, sehingga petani nilam bisa mengembangkan bisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir.
“Ada lima syarat dari perbankan dalam menilai kelayakan pembiayaan, character, capacity, capital, condition, dan collateral atau jaminan. Dengan adanya EKI ini mungkin syarat collateral bisa dikurang oleh perbankan, selama transaksi bisa dilihat secara transparan dan dengan manajemen resiko yang baik,” jelas Mahendra.
Mahendra menilai, apa yang dilakukan di Aceh dalam pemberdayaan petani nilam, bisa menjadi inspirasi untuk Indonesia secara keseluruhan. Petani nilam Aceh harus memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengembalikan kejayaan nilam Aceh.
Selain itu kata Mahendra, Aceh punya karakter yang unik, terutama perempuannya. Ia mencontohkan, sebagian tokoh perempuan Aceh masa lalu merupakan pahlawan nasional Indonesia. Ia mencontohkan Laksama Keumalahayati sebagai admiral perempuan pertama di dunia, begitu juga dengan Cut Nyak Dhien dan Cut Meutia.
“Cut Nyak Dhien pernah berkata, kita tidak pernah menang, kita tidak pernah jaya jika selalu mengenang kekalahan. Ini semangat untuk membangun kejayaan. Semangat ini harus diterapkan dalam membangkitkan kembali kejayaan nilam Aceh,” ujarnya.
Baca Juga: Pj Gubernur Dampingi Presiden Resmikan 25 Ruas Jalan dan Jembatan di Aceh
Sementara itu Rektor USK Prof Marwan mengungkapkan, selain nilam, banyak produk lain yang bisa diangkat kembali kejayaanya di Aceh, seperti minyak pala, minyak cengkeh, dan minyak serai wangi. Semua komoditas tersebut jika dikelola dengan baik bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Prof Marwan menjelaskan, USK telah memulai program nilam sejak 10 tahun lalu. kala itu tingkat kesejahteraan petani nilam Aceh sangat rendah, harga jual sangat murah, sementara nilam merupakan komoditas yang dibutuhkan di pasar global. USK berusaha merancang master plant untuk bergerak, hingga nilam Aceh kembali berkembang dan mendunia.
“Alhamdulillah berbagai pihak kini datang, tertarik dengan nilam Aceh, termasuk OJK da ILO, sehingga ekosistem rantai nilai di Aceh bisa berkembang, petani bisa mendapat akses modal yang mudah, digitalisasi produk hingga diterima pasar global. Hal ii mulai terealisasi dengan kehadiran OJK dan ILO, dari dulu yang harga minyak nilam di petani Cuma Rp200 ribu per kilogram, kini menjadi Rp2 juta lebih,” ungkapnya.
Baca Juga: Fitrah Akan Pastikan Pupuk Subsidi untuk Petani di Aceh Timur Tepat Sasaran
Pada acara yang sama Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor Leste, Simrin Singh menjelaskan, kemitraan yang dibangun tersebut akan meningkatkan kapasitas literasi keuangan petani dalam ekosistem rantai nilai Atsiri Research Centrr (ARC) di USK melalui pelatihan komprehensif, perangkat digital inovatif, dan peningkatan akses terhadap pembiayaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan akses pasar.
Menurutnya, lebih dari 64,2 juta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berkontribusi terhadap 60,5 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, dan memperkejaan 97 persen tenaga kerja. Pelaku UMKM telah menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor pertanian segmen signifikan dari UMKM menghadapi tantangan unik, seperti akses terbatas ke pembiayaan dan pasar, kapasitas yang lemah, serta hambatan regulasi yang menghambat daya saing.
“Sektor minyak nilam Indonesia memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berpusat pada manusia serta penciptaan lapangan kerja sangat besar. Kemitraan ini merupakan peluang yang unik untuk menghubungkan lembaga penelitian utama dengan industri, guna memberi manfaat bagi industri dan masyarakat. Dengan bekerja sama, kami mempersiapkan dasar bagi rantai nilai berkelanjutan yang mendukung petani lokal sambil mempromosikan sektor nilam, baik di pasar domestik maupun pasar global,” jelasnya.
Simrin Singh menambahkan, Indonesia menguasai 80 hingga 90 persen produksi minyak nilam global. Dan Aceh berkonstribusi 70 persen dalam hal ini. Kolaborasi antara ILO dan USK akan difokuskan pada peningkatan produksi berkelanjutan, serta penciptaan lapangan kerja yang layak.
Simrin Singh juga menyoroti kecilnya pembiayaan yang dikucurkan perbankan ke sektor nilam, yakni hanya 0,01 persen. Karena itu perlu adanya ekosistem keuangan yang lebih mendukung petani.
Baca Juga: Dampak Banjir Aceh Tamiang 2.186 Jiwa Mengungsi
Dukungan juga diberikan Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN Oliver Zehnder. Katanya, Konferderasi Swiss mendukung proyek ILO Promise II Impact melalui Sekretariat Negara Urusan Ekonomi (SECO) yang bertujuan untuk mengatasi tantangan secara langsung.
Oliver juga menjelaskan, proyek tersebut berfokus pada peningkatan kapasitas penyedia layanan keuangan dan mempromosikan inklusi keuangan. Sebanyak 200 petani nilam di ARC telah memperoleh manfaat dari pelatihan literasi keuangan dan kewirausahaan, 20 persen peserta merupakan perempuan.
“Pemerintah Swiss melalui SECO dengan bangga mendukung ILO melalui Proyek Promise II Impact, karena secara langsung mengatasi tantangan penting dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, membuka lapangan kerja dan kondisi kerja yang adil melalui regilagi dan kebijakan yang kuat,” ujarnya.
Begitu juga dengan Manejer Proyek ILO Promise II Impac Djauhari Storus. Menurutnya, peluncuran MyNilam tidak hanya akan membantu petani lokal mendapat kredibilitas di mata konsumen, tapi juga akan membuat sektor nilam lebih menarik bagi lembaga keuangan. Petani akan memiliki akses yang lebih baik ke modal, serta memastikan keberlanjutan produksi nilam dan meningatkan taraf hidup petani.
“Peluncuran MyNilam merupakan peluang yang mengubah dinamika pembangunan pertanian bagi petani nilam,” jelasnya.
Baca Juga: Jelang Kunker Presiden ke Aceh Pangdam IM Pimpin Apel Gelar Pasukan
Asisten Deputi Bidang Inklusi Keuangan dan Keuangan Syariah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Dr Erdiriyo juga mendukung hal itu, kolaborasi tersebut dinilai sejalan dengan Strategi Nasional Inklusi Keuangan Indonesia yang memberdayakan petani lokal. “Penting untuk meningkatkan produktivitas dan mengintegrasikan masyarakat pedesaan ke dalam ekosistem ekonomi keuangan nasional,” ujarnya.
Peluncuran MyNilam turut dihadiri Manejer Program SECO Jonas Grunder, Kepala ARC USK Dr Syaifullah Muhammad, perwakilan Kemenko Ekonomi, Kepala Biro Perekonomia Setda Aceh Zaini, serta perwakilan petani nilam Aceh.[]