Oleh : Dr. Mukhlis Rais, Lc, M.Pd.I.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT tetapkan sebanyak dua belas bulan dalam kurun satu tahun: Muharram, Shafar, Rabi’ul Awwal, Rabi’ul Akhir, Jamadil Ula, Jamadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadan, Syawwal, Dzulqa’dah, Dzulhijjah.
Bulan Ramadhan menempati di urutan kesembilan. Seluruh pakar matematika, ekonom, akuntan -yang ada kaitannya dengan hitung-hitungan- pasti sepakat bahwa angka sembilan merupakan angka tertinggi. Anak-anak PAUD, TK dan SD pun tahu bahwa angka sembilan angka tertinggi.
Bulan Ramadhan menempati urutan kesembilan di antara bulan-bulan hijriyah lainnya bukan sebuah kebetulan Allah tetapkan. Sebab, di setiap ketentuan atau takdir yang Allah SWT tetapkan memiliki makna dan hikmah masing-masing.
Kadang manusia saja yang belum mampu menangkap dan menyingkap rahasia di balik segala ketetapan-Nya. Untuk itu manusia hanya diberikan dan diizinkan Allah SWT untuk memikirkan hikmah-hikmah di balik penciptaan dan ketentuan tersebut, bukan untuk memikirkan tentang Dzat-Nya. Jika ada manusia yang mencoba dan lebih jauh membawa alam pikirannya untuk merenungi Dzat Allah SWT, dipastikan akal manusia tidak akan pernah sampai untuk menjangkauNya.
Angka Sembilan memang memiliki keunikan tersendiri di antara angka-angka lainnya. Jika dibalik menjadi angka enam, yang kita ketahui juga bahwa Allah SWT menciptakan langit dan bumi dalam kurun waktu enam hari menurut Allah SWT. Padahal, jika Allah SWT berkehendak bisa saja menciptakan langit dan bumi dalam waktu cepat dan singkat. Sebagaimana dalam firmanNya:
“Sesungguhnya urusanNya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah”Maka jadilah sesuatu itu.”(QS. Yaasiin: 82).
Ada banyak keunikan yang berhubungan dengan angka Sembilan.
Dalam proses penciptaan manusia di dalam rahim seorang wanita, normalnya rata-rata standar Batasan menurut Al-Qur’an dan medis, bahwa bayi akan lahir pada usia kandungan Sembilan bulan sepuluh hari.
Lalu, ketika lahir ke dunia, orang-orang di sekitarnya akan merasa senang dan Bahagia menyambut kehadiran sang bayi. Pada proses selama Sembilan bulan sepuluh hari itulah Allah SWT menetapkan segala yang bersangkutan dengan bayi tersebut. Dalam waktu Sembilan bulan sepuluh hari Allah SWT tentukan jenis kelamin si bayi, bentuk, Nasib yang akan dijalani selama di dunia, jodohnya, bahagia atau sengsara, dan hal lainnya. Maka, sempurnalah ketentuan segalanya selama dalam kurun waktu itu.
Kemudian, pada tubuh manusia normalnya memiliki lubang sebanyak Sembilan. Mulai dari mata, telinga, hidung, mulut, dan dua lubang tempat pembuangan di bawah. Ketika kurang satu lubang saja atau ada lubang yang tersumbat tentu akan mengalami hambatan proses yang menimbulkan penyakit. Itulah di antara hikmah mengapa Allah SWT menciptakan Sembilan lubang untuk tubuh manusia, agar kotoran yang ada di dalam tubuh dapat keluar sehingga tubuh pun menjadi sehat dan normal.
Selanjutnya, Allah SWT memiliki sembilanpuluh sembilan nama-nama yang indah dan mulia. Dengan 99 nama-nama itu kita memuji-Nya dan meminta segala yang kita inginkan. Sebagaimana yang diperintahkan-Nya di dalam al-Qur’an,
“Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.”(QS. Al-Baqarah: 186).
Ayat di atas berbicara tentang doa, namun berkaitan dengan turunnya syariat ibadah puasa. Keunikan bulan Ramadhan khusus bagi orang-orang yang berpuasa adalah dikabulkannya doa-doa mereka.
Kita tentu berharap, melalui ibadah puasa di bulan Ramadhan (bulan kesembilan) ini, Allah SWT keluarkan kotoran-kotoran lahiriyah dan bathiniyah kita. Sehingga setiap mukmin yang melaksanakan perintah-Nya dengan keimanan dan mengharap ridho-Nya akan keluar dari Madrasah Ramadhaniyah menjadi bersih secara lahiriyah dan bathiniyah seperti bayi yang baru lahir dari rahim sang ibu.[]
‘Penulis adalah Wakil Dekan III Fakultas Syariah IAIN Langsa dan Ketua PD IKADI Kota Langsa, Aceh’.