Ismail Rasyid memulai karir dari nol besar. Bermodal nekat, dia memilih merantau dan melanglang buana. Kini, pria kelahiran Aceh Utara itu sukses menjadi bos di perusahaan sendiri. Dia mendirikan Trans Continent (Royal Group), yang usahanya bergerak di 80 negara.
===
ISMAIL Rasyid merupakan pengusaha multi-moda transportasi yang memimpin PT Trans Continent (Royal Group). Ia lahir di Matangkuli, Aceh Utara pada Rabu, 3 Juli 1968. Dia merupakan lulusan SMA Negeri 1 Lhokseumawe pada tahun 1987 yang kemudian melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala.
Ismail Rasyid yang kini menguasai perusahaan multi-moda skala internasional itu ternyata dulunya sempat menjadi kernet labi-labi di Banda Aceh. Profesi tersebut ditekuni Ismail untuk menambah uang saku semasa dia kuliah di Kompleks Pelajar Mahasiswa (Kopelma). Dari profesi itu pula dia belakangan mendapat keahlian menyetir mobil. Sebuah skill yang langka pada masa-masa Ismail beranjak dewasa.
Karirnya yang mentereng sekarang ini bukan jatuh begitu saja dari langit. Sang pengusaha sukses itu dulunya juga pernah menjadi tukang perabotan rumah tangga, di perusahaan furniture. Ismail merupakan tipe pria yang mampu memanfaatkan momen-momen tertentu menjadi ladang bisnis. Hal ini terbukti ketika ajang Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) dihelat di Blang Padang, Banda Aceh. Dia tidak membuang-buang waktu hanya sekadar menjadi penonton di event tersebut. Dirinya berangkat ke Takengon untuk membeli buah-buahan dari agen di sana. Buah itu kemudian dijual kembali oleh Ismail Rasyid ke Banda Aceh.
Meski terbilang gigih dalam mencari rezeki, Ismail Rasyid tidak melupakan pendidikannya di Fakultas Ekonomi. Dia bahkan sering terlibat sebagai asisten penelitian yang diperbantukan oleh profesornya di Universitas Syiah Kuala.
Di salah satu universitas Jantong Hatee Rakyat Aceh tersebut, Ismail berhasil menyandang gelar sarjana pada tahun 1993. Dia lantas kembali ke kampung halaman dan bertahan selama empat bulan sembari mencari pekerjaan. Kondisi Aceh yang karut marut lantaran konflik bersenjata, membuat Ismail Rasyid nekat merantau. Berbekal tekad bulat ingin menantang dirinya sendiri, ia berangkat ke Batam. Pulau yang penuh industri itu akan dijadikan batu loncatan olehnya untuk menyeberang ke Australia.
Di sepanjang perjalanan dari Aceh hingga Batam, Ismail membantu sopir mengendarai bus ALS. Skill yang diperolehnya secara otodidak semasa menjadi kernet labi-labi semasa kuliah akhirnya benar-benar berguna. Alhasil, Ismail Rasyid tidak perlu merogoh kocek untuk biaya transportasi menuju Batam. Dia bahkan mendapat makanan gratis selama menjadi sopir dadakan di bus ALS tersebut.
Setelah sekian lama melanglang buana ke berbagai kota, dan bekerja di beberapa perusahaan, akhirnya Ismail menemukan sebuah perusahaan yang menjadi mimpinya selama dalam perantauan. Namun perusahaan itu menawarinya gaji kecil, Rp150 ribu per bulannya. Nominal tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan biaya hidup di Batam yang serba mahal.
Meskipun demikian, Ismail Rasyid tidak patah semangat. Dia bahkan melihat hal tersebut sebagai peluang untuknya masuk ke dalam bisnis yang diidam-idamkan. Berkat ketekunannya, Ismail berhasil melaksanakan tugas perdana yang diberikan Letnan Kolonel Abirowo selaku direktur cabang di perusahaan tersebut. Keberhasilan ini membuat Abirowo terkejut sekaligus bangga. Ismail mendapat promosi jabatan, tetapi sebelumnya harus mengikuti training selama dua pekan di Jakarta. Usai mendapat pelatihan tersebut, kinerja Ismail meningkat. Dia benar-benar menguasai bisnis pengangkutan multimoda baik darat, laut dan udara.
Setahun di sana, dia dipindahkan ke Jakarta, dan bertahan hingga 1996. Setelah terjadinya perubahan manajemen, dia mengundurkan diri dan balik ke Batam.
Di Batam dia bertemu dengan temannya yang bernama Dennis Tholense, Kepala Base PT Total Indonesia di Batam. Dia mendapatkan pekerjaan dari perusahaan multinasional itu yang dipimpin oleh sepasang suami istri dari Prancis, Phillipe Giraud-Luciana Peterson Giraud. Di perusahaan tersebut dia cepat mendapatkan promosi hingga mencapai posisi Manager Operasional.
Dalam sepekan dia berhasil mengapalkan logistik kebutuhan mitra bisnis yang dikirim ke luar Batam menuju pekanbaru, Jawa, dan Papua.
Ismail sangat menikmati pekerjaannya di bidang layanan logistik industri besar. Dia melayani custom clearance, heavy lift, pemindahan alat-alat industry dari satu proyek ke proyek lainnya, dan berbagai hal lainnya yang berhubungan dengan pekerjaannya di multimoda transportasi.
Delapan tahun di perusahaan itu dan mencapai level managing director, Ismail mengundurkan diri. Dia pindah ke Balikpapan dengan memboyong keluarga kecilnya. Di sana dia memulai lagi bisnisnya.
Ismail Rasyid telah bekerja pada banyak perusahaan, dengan jabatan yang beragam. Antaranya Store Supervisor pada CV Oscarindo Batam Pertiwi (contractor and supplier), Team Chief pada PT Singapore Indobatam Co (manufaktur), dan Airfreight Coordinator pada PT Ritra Cargo Indonesia.
Dia juga pernah menjadi Branch Manager PT Citylink Transindo International, Marketing Executive PT Kartika Nusantara (shipping lines and export-import and trading), serta Branch Manager PT Megatrindo Nusantara Abadi (international freight forwarder and logistics service).
Sebelum mendirikan Trans Continent, Ismail Rasyid juga pernah menjadi General Manager PT Nusantara Abadi, General Manager PT C&P Logistics Indonesia, dan Managing Director PT C&P Logistics Indonesia.
Setelah merasa cukup menimba ilmu dan membangun relasi bisnis, pada tahun 2003 Ismail Rasyid mendirikan PT Trans Continent–di bawah naungan Royal Group. Perusahaan ini bergerak pada bisnis utamanya di bidang transportasi multimoda. Ia memulainya dengan pengiriman barang dan logistik, spesialnya pada freight forwarding and logistics service untuk industry pertambangan, migas, energi, serta perdagangan dalam dan luar negeri.
Dia memulai Trans Continent di Kalimantan, dengan tekat bulat serta meninggalkan segala kemapanan yang telah diraih di tempat lama, Ismail sepenuhnya fokus merintis bisnis sendiri.
Di Kalimantan Ismail bergabung dengan Kadin kalsel dengan posisi Head for Tax Departement dari 1999-2001. Board of Committee for INHA (International Freight Forwarding Association) Balikpapan dari 1998-2022. Anggota INSA (Indonesian Ship Owner Association), anggota GAFEKSI (Indonesian Freight Forwarder Association), serta anggota grup perusahaan logistik, dan anggota ICMI (International Cyanide management Intitute). Kemudian bergabung juga sebagai anggota Asosiasi Badan Usaha Jasa Angkutan Bahan Peledak (Asjangdak).
PT Trans Continent yang didirikan oleh Ismail Rasyid pada 2003 kini telah menjadi sebuah perusahaan besar di bawah bendera Royal Group. Group tersebut kini beranggotakan beberapa perusahaan yaitu PT Royal Indonesia, PT Royal Marine, PT Royal Andalas Energi, PT Equator Media Vaganza, PT Indo Asia Prima, Trans Continent Australia, Trans Continent Logistic Phillipines. Saat ini telah memiliki 19 cabang di Indonesia dan 2 di luar negeri yaitu Sidney Australia, dan Filipina.
Sebagai sebuah perusahaan dengan reputasi mentereng, Trans Continent dan jaringannya bergerak di lima benua, di 80 negara, dan di 200 kota. Trans Continent juga anggota The Globalink Network—asosiasi perusahaan multimoda level internasional.
Dalam menjalankan bisnis multimoda transportasi, PT Trans Continent (Royal Group) telah melayani proyek PT Agincourt Resources (Martabe Gold Mine- North Sumatera) dari 2014 hingga sekarang. Trans Continent yang dibangun Ismail Rasyid juga pernah melayani PT Adaro Meruwai (Coal Mining Project Central Kalimantan) 2017-2020, kemudian PT Bumi Suksesindo (MerdekaCooper and Gold Project-Eats Java) 2016 sampai sekarang.
Perusahaan milik Ismail Rasyid juga pernah melayani PT Dharma Henwa (Coal Mine-Bakrie Group) 2004 sampai sekarang, kemudian Orica Mining Service, PT DNX Indonesia (Dyno Nobel Asia Pacific-Explosive Supplier), PT J. Resources Bolaang Mongondow (North Sulawesi Gold Mine Project), PT SAGO Prima (Northern Kalimantan-Gold Mine Project), PT Indomuro Kencana (South Kalimantan Gold Mine Project), dan PT Kasongan Bumi Kencana (South Kalimantan Gold Mine Project).
Trans Continent yang dirintisnya juga pernah bekerjasama dengan Petro China (Oil and Gas) 2004-2006, kemudian dengan PT Global Industries Asia Pacisic (working Conoco Oil and gas Project Natuta Sea) 1998-2000, serta PT Conoco Phillips Indonesia (Oil and Gas) Natuna Sea Offshore Project ) 1998-2002, etc.[]
Boleh minta nomor mobile bapak ismail rasyid kebetulan satu pengalaman dengan saya sendiri yg masih berdomisili di jakarta…( M jamil pidie )
Luar biasa putra Aceh yg satu ini. Sebagai seorang pengusaha kecil kelas lokal yg paling jauh berusaha hanya sampai Malaysia dn Thailand yg pernah menjadi Ketua Umum Kadin Aceh hampir dua priode dan merintis berdirinya IMT-GT,tdk mampu membayangkan bagai Sdr Ismail Rasyid membagi waktu dn pemikirannya dlm mengurus usahanya di 80 Negara dgn begitu banyak moda transportasi yg dimilikinya dan diurusnya seperti Truck, Bus ,KA, Kapal Laut dan Pesawat Udara. Saya salut dn bangga kpd Sdr Ismail Rasyid yg saya kira satu satunya dlm sejarah dunia usaha Aceh paling sukses dan tiada tandingannya di Indonesia. Semoga Sukses menjadi Ketua Umum Kadin Aceh dan dlm waktu singkat mampu menduduki jabatan Ketua Kadin Indonesia.