BANDA ACEH | ACEH INFO – Mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Fauzan Azima pada Selasa, 29 Maret 2022, telah meminta maaf kepada masyarakat Sedie Jadi atas baku tembak yang terjadi pada Juni 2001 silam. Insiden yang belakangan dikenal dengan peristiwa Pondok Kresek tersebut membuat sejumah warga Sedie Jadi meninggal dunia, tidak sedikit yang luka-luka, dan puluhan rumah terbakar.
Pada masa itu, Fauzan Azima menjabat sebagai Panglima Wilayah GAM Linge. Dia dilakap sebagai Teungku Gajah Puteh yang disebut-sebut mempunyai peranan penting dalam strategi militer GAM di wilayah dataran tinggi Gayo.
Permintaan maaf Fauzan Azima atas nama pribadi selaku mantan kombatan GAM tersebut dilaksanakan di kegiatan bertajuk Silaturahmi Kebangsaan. Kegiatan ini merupakan hajatan Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Aceh bersama masyarakat Desa Sedie Jadi, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah. Dalam hajatan itu, para pihak menghadirkan orang-orang yang terdampak konflik Aceh 20 tahun silam. Di antara mereka adalah warga Sedie Jadi yang diwakili Sutrisno selaku mantan reje (kepala desa) dan Fauzan Azima.
Baca: Rekonsiliasi antara Milisi dengan GAM di Bener Meriah Ditunda?
Dalam kegiatan itu, Fauzan Azima mengungkapkan perdamaian di Aceh, khususnya Tanoh Gayo, harus senantiasa dijaga. Menurutnya perdamaian mampu membangun semua pihak dari situasi terpuruk akibat imbas konflik di masa lalu.
“Kita para pihak yang bertikai hendaknya menyadari hal ini. Jangan sampai muncul konflik, tak hanya antarelit politik, seluruh potensi yang bakal memantik kekerasan harus segera dituntaskan,” kata Fauzan Azima dalam acara silaturahmi tersebut.
Pria yang juga dikenal dengan sebutan Teungku Gajah Puteh itu berharap perdamaian dapat terjalin antar seluruh masyarakat di Gayo. Hal itu, menurut Fauzan, dapat diibaratkan seperti akar menguatkan batang pohon. “Sehingga tak ada angin kebencian dan dendam yang sanggup merobohkannya.”
Fauzan dalam acara itu turut menceritakan adanya potensi konflik yang kerap berulang di sejumlah tempat, meski dalam waktu berbeda. Beberapa tempat yang dimaksud seperti Bur Lintang, Uyem Pepongoten, Cot Panglima, Wih Kanis, Wih Konyel, Tajuk Enang-Enang dan beberapa lokasi lain. Tempat-tempat tersebut, menurut Fauzan, menjadi saksi bisu perang yang tak berkesudahan baik era peperangan Belanda di Aceh, peristiwa DI/TII, pemberontakan PKI, hingga konflik antara GAM dan Pemerintah RI.
Baca: Memadamkan Bara Konflik di Rekonsiliasi “Kampung Kresek” Sedie Jadi
“Maka besar harapan kita dengan momentum silaturahmi ini, di tempat-tempat tersebut tak berulang lagi jadi tempat kekerasan yang baru,” harap Fauzan Azima.
Dia mengatakan guna memperkuat perdamaian tersebut, para pihak bertikai harus mau duduk bersama dan merumuskan kembali apa yang harus dilakukan di masa depan. “Berdiri sama tinggi untuk melihat masa lalu dan menentukan di masa depan agar damai selalu abadi di tanah Gayo kita,” tegas Fauzan.
Dalam kesempatan tersebut, atas nama pribadi sebagai tokoh pelaku sejarah, Fauzan turut menyampaikan permintaan maaf kepada segenap warga Sedie Jadi. “Mulai hari ini saya berharap terimalah saya sebagai saudara, seperti saudara se-ayah dan se-ibu,” kata Fauzan yang disambut tepuk tangan para hadirin.[]