Membuang feses di area terbuka bisa menjadi salah satu penyebab penyebaran virus polio, selain lingkungan yang kotor dan tidak adanya imunisasi.
Peristiwa ditemukannya kasus polio di Mane, Kabupetan Pidie juga diduga disebabkan oleh faktor tersebut. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Aceh telah sudah melakukan surveilans cepat dengan mendatangi 26 rumah di Gampong Mane, dimana ditemukan 33 anak berusia 0 sampai 59 bulan, setelah pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menetapkan temuan polio di Mane tersebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Direktorat Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, Yudit yang hadir secara virtual pada pertemuan media briefing Komunikasi Resiko KLB di Aceh di Aula Bapelkes Aceh, Rabu, 30 November 2022 menjelaskan, terhadap temuan pasien Polio di Gampong Mane, Pidie, merupakan KLB Polio kedua di Indonesia setelah sebelumnya terjadi di Papua pada tahun 2019. Padahal Indonesia sudah mendapat sertifikat eradikasi atau bebas Polio dari organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2014.
“Aceh KLB kedua setelah tahun 2014. Papua yang pertama ditetapkan sebagai KLB Polio tahun 2019. Jadi pasca dinyatakan bebas dari polio, Papua dengan dua pasien polio dan hal ini dipicu karena minimnya imunisasi terhadap anak-anak di daerah tersebut,” ujar Yudit.
Yudit menyebutkan bahwa penetapan KLB terhadap temuan kasus polio di Pidie, dikarenakan negara ini sudah bebas dari polio. Makanya begitu ditemukan 1 kasus saja, pihak kementerian kesehatan langsung bergerak cepat dan menetapkan bahwa ini masuk kategori KLB.
Di acara media briefing yang mengangkat peran media dalam penanganan KLB Polio di Aceh, ini Yudit juga memaparkan bahwa pihaknya bersama Dinas Kesehatan Aceh sudah melakukan surveilans cepat dengan mendatangi 26 rumah di Gampong Mane, dimana ditemukan 33 anak berusia 0 sampai 59 bulan. Dari jumlah itu, hanya delapan anak (24 persen) yang diimunisasi OPV lengkap. Namun dari 8 anak itu tidak ada satupun yang pernah mendapatkan imunisasi polio suntik ( IPV).
“Sama seperti kejadian KLB Papua. Ternyata KLB polio Pidie dipicu munculnya virus polio dikarenakan membuang feses masih di area terbuka, lingkungan tempat tinggal yang kotor, dan masih banyak anak yang belum mendapatkan imunisasi,” kata Yudit lagi.
Meskipun tersedia toilet, tapi lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai. Air sungaipun masih dipakai sebagai sumber aktivitas penduduk, termasuk tempat bermain anak- anak. Polio (Poliomyelitis) adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus polio. Polio menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian.
Pada pertemuan tersebut panitia sangat mengharapkan dukungan dari insan pers dan pegiat media untuk mendukung kesuksesan pelaksanaan sub-Pekan Imunisasi Nasional penanggulangan Polio ini dengan mengedukasi ke masyarakat luas melalui penyebarluasan informasi yang tepat dari sumber data yang kredibel tentang pentingnya imunisasi polio dan imunisasi rutin lainnya.[adv]