Antrean kendaraan di SPBU kian marak terlihat di Aceh. Butuh solusi untuk menangani kondisi menumpuknya kendaraan yang terkesan sudah mengganggu pengguna jalan ini.
“PERTALITE sedang kosong…” merupakan sepenggal kalimat yang ditulis di selembar kardus, terlihat ditempel di salah satu dispenser Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Umum (SPBU) Lamnyong, kota Banda Aceh, Rabu, 4 Januari 2023. Pengumuman sederhana itu turut memperlihatkan jalur pengisian bahan bakar untuk kendaraan roda dua lengang di SPBU tersebut. Kondisi berbeda justru terlihat di jalur pengisian bahan bakar solar. Di sana, tumpukan kendaraan roda empat mengular hingga jalur masuk SPBU.
Salah seorang petugas pengisian BBM untuk jenis Pertamax mengakui, bahwa Pertalite di SPBU Lamnyong hari itu sedang kosong. Dia menduga kemungkinan sebentar lagi BBM jenis Pertalite baru masuk ke SPBU tersebut. “Mungkin Pertalite sebentar lagi, karena solar subsidi sudah masuk,” kata petugas tersebut sekadarnya sembari terus mengisi Pertamax ke kendaraan wartawan.
Kondisi antrean kendaraan dilaporkan tak hanya terjadi di SPBU Lamnyong saja, tetapi juga terjadi di beberapa tempat lain bahkan hingga Aceh Utara dan Lhokseumawe. Dari informasi yang diterima acehinfo.id, kondisi antrean tersebut bahkan sudah terjadi sejak akhir tahun 2022 lalu. Rata-rata penumpukan kendaraan berada di SPBU yang menyediakan dispenser untuk bahan bakar jenis solar bersubsidi.
Berdasarkan data yang dirilis Dirreskrimsus Polda Aceh pada Desember 2022, terdapat sejumlah kabupaten dan kota yang kerap terjadi penumpukan kendaraan di SPBU, seperti Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Barat Daya, Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Timur, Aceh Jaya, Bener Meriah dan juga Langsa.
Dari monitoring pihak kepolisian juga diketahui berbagai alasan terjadinya penumpukan kendaraan di SPBU itu. Misalnya untuk SPBU Mibo yang kerap terlihat kendaraan mengantre disebabkan karena banyak mobil truk yang masuk untuk mengisi bahan bakar solar.
Kemudian SPBU PT Ilyas Johan beralasan penumpukan kendaraan terjadi lantaran kuota BBM bersubsidi tidak mencukupi. Begitu pula dengan SPBU Ulee Lheue yang mengaku pompa pengisian Pertalite cuma satu sehingga kendaraan mengular di jalur tersebut.
SPBU Gampong Batoh mengaku penumpukan kendaraan lantaran banyak bus Transkutaraja yang mengisi BBM. Sementara SPBU Gp Cot Mesjid Lueng Bata mengaku antrean terjadi lantaran pasokan BBM subsidi telat masuk.
Sejumlah alasan lain yang menyebabkan penumpukan kendaraan di SPBU juga dikarenakan berbenturan jam kerja pada pagi hari, kuota BBM subsidi terbatas dan tak tercukupi, hingga lambatnya pencocokan barcode kendaraan pengisi bahan bakar subsidi oleh petugas di lapangan.
Mirisnya, meski bahan bakar Pertalite atau Solar bersubsidi kerap kosong di SPBU sehingga ketika pasokan datang menyebabkan antrean panjang, kondisi berbeda justru terlihat di beberapa lapak pedagang eceran yang leluasa menjual Pertalite dalam jerigen. Tentu saja, harga jual Pertalite di eceran jauh lebih mahal jika dibandingkan penjualan di SPBU. Pada saat harga jual BBM Pertalite di SPBU hanya Rp10 ribu, maka di eceran dijual seharga Rp13 ribu.
Anehnya, beberapa pedagang eceran mengaku tak kesulitan mendapat pasokan Pertalite dari penyalur. Kondisi ini berbeda dengan SPBU yang seringkali mengalami kekosongan BBM bersubsidi.
Guna mengatasi kondisi tersebut, Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki pun mengeluarkan Surat Edaran tentang pengendalian pendstribusian jenis BBM solar subsidi di Aceh. Surat tersebut dikeluarkan pada 27 Desember 2022 lalu di tengah maraknya terlihat antrean di SPBU, di Aceh.
Dalam surat edaran bernomor 542/21981 itu, Pj Gubernur Aceh menegaskan agar kendaraan dinas milik instansi pemerintah, BUMN, BUMD, TNI/Polri dilarang menggunakan solar subsidi (biosolar). Namun, penegasan tersebut tidak berlaku bagi kendaraan untuk pelayanan umum seperti ambulans, mobil jenazah, mobil pemadam kebakaran dan mobil pengangkut sampah.
Selain itu, SE yang dikeluarkan Pj Gubernur Aceh tersebut juga berisi tentang batas pembelian jenis BBM Solar Subsidi. Pada poin tersebut, kendaraan pribadi roda empat hanya dipebolehkan mengisi BBM sebesar 25 liter/hari/kendaraan. Selanjutnya kendaraan roda enam paling banyak 40 liter per harinya untuk satu kendaraan. Bagi kendaraan umum atau barang roda empat hanya diperbolehkan mengisi 80 liter dan kendaraan umum angkutan barang roda enam paling banyak 60 liter solar subsidi setiap hari per satu kendaraan.
Kemudian bagi kendaraan umum angkutan barang lebih dari roda enam dibatasi hingga 200 liter perhari untuk satu kendaraan. Begitu pula untuk kendaraan umum angkutan orang lebih dari roda enam paling banyak 200 liter perharinya untuk satu unit kendaraan.
Pj Gubernur Aceh dalam SE itu juga meminta PT Pertamina Patra Niaga wajib menyediakan dan menjamin ketersedian solar subsidi (biosolar) sesuai alokasi yang ditetapkan oleh BPH Migas. “Penyalurannya dilakukan melalui program subsidi tepat,” tegas edara gubernur yang ditandatangani Achmad Marzuki tersebut.
Meskipun edaran itu telah jauh-jauh hari dikeluarkan Pemerintah Aceh untuk mengatasi kelangkaan minyak subsidi dan antrean di SPBU, tetapi kondisi tumpukan kendaraan mengular hingga ke badan jalan masih lazim terlihat di sejumlah lokasi pengisian bahan bakar di Aceh. Pantauan sejumlah awak media di lapangan bahkan menyebutkan tumpukan kendaraan hampir saban hari terlihat di hampir semua SPBU di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Antrean panjang hingga ke badan jalan juga terlihat di SPBU Cunda Lhokseumawe, SPBU Kuta Blang dan SPBU Pusat Kota Lhokseumawe.
Sejumlah pihak menyebutkan kondisi ini berkaitan erat dengan penetapan harga jual BBM non-subsidi dengan yang bersubsidi. Alhasil, konsumen lebih banyak memburu BBM bersubsidi meski harus mengantre lantaran jauh lebih murah. Inilah yang kemudian membuat PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading Pertamina terpaksa kembali menyesuaikan harga jual Pertamax Series dan Dex Series. Penyesuaian harga itu mulai berlaku pada Selasa, 3 Januari 2023 siang usai diumumkan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir. Penyesuaian harga ini juga tidak terlepas dari kondisi harga jual minyak dunia yang mulai turun.
Berdasarkan keterangan Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Susanto August Satria, penjualan Pertamax (RON 92) di Aceh disesuaikan menjadi Rp 12.800 per liter dari sebelumnya Rp 13.900. Sementara Pertamax Turbo (RON 98) kembali disesuaikan menjadi Rp 14.050 per liter dari sebelumnya Rp 15.200 per liter.
Selain itu, Pertamina juga menyesuaikan harga Dexlite (CN 51) menjadi 16.150 per liter dari harga jual sebelumnya Rp 18.300 per liter. Begitu pula dengan Pertamina Dex (CN 53) yang turun dari Rp 18.800 per liter menjadi Rp 16.750 per liter. “Harga baru ini berlaku di Provinsi Aceh,” kata Susanto dalam siaran pers yang diterima wartawan, Selasa, 3 Januari 2022.
Dia mengatakan harga baru tersebut sudah sesuai dengan penetapan harga yang diatur dalam Kepmen ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga JBU atau BBM non subsidi.
Butuh solusi penambahan kuota subsidi
Hal berbeda disampaikan Koordinator Masyarakat Peduli Otsus (MPO), Syakya Meirizal. Dia bahkan mengkritisi kebijakan Pemerintah Aceh yang dianggapnya telah memangkas hak rakyat untuk mendapat jatah BBM bersubsidi.
“Dengan Surat Edaran (SE) Gubernur Achmad Marzuki ini, antrian kendaraan di SPBU seluruh Aceh akan terus terjadi. Bukannya minta tambahan kuota ke BPH Migas, malah kuota BBM untuk rakyat semakin dibatasi,” tulis Syakya di akun media sosialnya.
Hal senada disampaikan Akmal Abzal, salah satu warga Aceh yang kerap kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi meski telah rela mengantri selama beberapa jam di SPBU. Akmal bahkan mengutarakan kegelisahannya di akun media sosial, yang menyebutkan Aceh seperti negeri tak bertuan.
“Setelah antri berjam2, pas sampai di tangki pengisian BBMnya abis, di lain waktu setelah antri begitu membosankan, dua mobil menjelang tangki pengisian waktu rehat pekerja SPBU pun tiba dan lampu serta merta mati dan kami yang antri bubar tanpa ada yang berucap kata maaf….,” tulis Akmal Abzal.
Akmal Abzal yang kerap terjebak antrian saat mengisi SPBU, dalam kegelisahan yang disampaikannya di akun media sosial, juga pernah mengalami hal yang tidak mengenakkan terkait aplikasi barcode MyPertamina. “Semalam pasca antri menjenuhkan akhirnya tiba juga di tangki pengisian, langsung petugas minta barcode mypertamina, ternyata saya belum download aplikasi tsb. minta isi dexlite aja ternyata lagi kosong. dilema melanda dan akhirnya memilih memarkirkan kendaraan sambil membuat barcode. Uniknya di saat aplikasi barcode sdang berproses nyatanya BBM yang kita sasar udah pada kosong. endingnya amatlah mengesakan ketika berurusan dg BBM. Wahai negeri tanpa “penguasa”? sampai kapan kondisi ini akan terjadi dan siapa yang bisa kendali ini agar segera berakhir?!” tulis Akmal Abzal lagi dalam akun medsos miliknya pada Rabu, 4 Januari 2023.[]