ACEH Utara banjir lagi. Kali ini satu jiwa melayang. Katanya, korban meninggal dunia karena sakit. Namanya Rukayah.
Berdasarkan keterangan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Ilyas, korban meninggal dunia itu warga Cot Girek. Dia awalnya hendak dievakuasi dari rumahnya yang terkepung banjir akibat curah hujan tinggi dan debit air kiriman dari wilayah hulu sungai. Air itu meluap ke pemukiman penduduk. Lagipula, curah hujan tinggi di kawasan Aceh Utara, bahkan Aceh secara keseluruhan.
Banjir Aceh Utara terus berulang. Untuk kejadian pekan ini, lebih dari sembilan kecamatan digenangi air. Kabar teranyar, banjir bahkan terus meluas seiring langit terus “menangis” sementara tanah tak mampu lagi menampung air. Lantas kenapa banjir di Aceh Utara terus berulang?
Pemerintah Aceh diminta mencari solusi. Ada beberapa hal yang dapat ditawarkan untuk pencegahan jangka pendek: pengerukan sungai yang dangkal serta membuat tanggul lebih kokoh. Sementara untuk jangka panjang, pemerintah harus mengkaji ulang izin Usaha Pemanfaatan (IUP) di kawasan hutan. Begitu pula dengan Areal Penggunaan Lain atau APL di kawasan hutan, juga butuh evaluasi.
Hutan merupakan bendungan alami yang dapat menyerap curah hujan. Akar-akar pohon berfungsi menjadi penghisap air yang turun dari langit itu. Jika hutan terus dibabat, maka tanah akan tidak mampu menampung air secara berlebihan. Sementara sifat air akan mengalir ke dataran lebih rendah. Alhasil, pemukiman penduduk yang ada di kaki gunung hingga wilayah pesisir bakal terdampak. Apalagi jika curah hujan tinggi dan turun hingga sepekan atau dua pekan secara terus menerus.
Hutan memilki peran penting bagi keseimbangan alam. Wilayah yang ditumbuhi beragam pepohonan itu tidak hanya menjadi habitat bagi satwa liar. Hutan juga berperan dalam mengatur iklim secara mikro dan makro. Jika kawasan hutan “disulap” untuk lahan industri, maka bencana alam akan terjadi. Seperti sekarang ini, banjir dimana-mana. Selain itu, penggunaan kawasan hutan juga mengakibatkan ketidakseimbangan iklim. Musim jadi berganti tidak menentu. Ya seperti sekarang ini.
Keberadaan hutan juga dapat membantu memperkuat tanah. Akar-akar pohon itu serupa pondasi bangunan penahan. Dia mencegah tanah longsor. Selain itu, hutan juga berfungsi menjadi kawasan tempat cadangan air tanah. Jika kawasan hutan berganti peran menjadi areal lain, maka tak perlu heran kalau banjir kemudian kerap terjadi.
Hutan jika merujuk kata-kata ilmuwan, juga berfungsi sebagai paru-paru dunia. Di kawasan yang disebut hutan itu memiliki habitat jutaan spesies tanaman. Jutaan tanaman itulah yang bakal menyerap karbondioksida, lalu menghasilkan oksigen untuk manusia dan hewan. Jika hutan musnah, karbondioksida yang dihasilkan oleh manusia akan menjadi jamak. Sementara kadar oksigen terus berkurang. Itu bikin makhluk hidup sesak napas dan paling fatal meninggal dunia.
Aceh saat ini dihuni oleh penganut muslim mayoritas. Dari data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Aceh beragama Islam sebanyak 5,24 juta jiwa atau 98,56% dari total populasi yang mencapai 5,33 juta jiwa. Sejatinya dengan agama mayoritas Muslim tersebut, warga Aceh paham tentang bagaimana menjaga lingkungan, termasuk hutan.
Bukankah Islam mengajarkan ummatnya untuk merawat alam? Tentang melestarikan lingkungan ini bahkan disebutkan berulang-ulang dalam Alquran, seperti QS Shad 27-28. ”… dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang- orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?”
Tentang merawat alam juga dipertegas dalam firman Allah yang tercatat dalam QS Al Baqarah ayat 60. Dalam surat itu diceritakan tentang nabi Musa yang memohon air untuk kaumnya. Lalu Allah berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu,” lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan….” (QS. Al Baqarah : 60)
Merawat alam dan seisinya juga ditegaskan dalam QS Al A’raf ayat 56-58 dan QS Ar Rum ayat 41-42.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. Ar Rum 41-42).
Jumat, 7 Oktober 2022. Data banjir di Aceh Utara terus masuk dari otoritas terkait. Kini, jumlah pengungsi dampak banjir di kabupaten itu telah mencapai 12.598 jiwa yang masuk dalam 4.120 Kepala Keluarga (KK). Sementara dari Aceh Timur, terdapat dua kecamatan yang digenangi air. Lhokseumawe yang dulunya menjadi ibu kota Aceh Utara juga bernasib sama: turut dilanda banjir.
Rakyat yang menjadi korban butuh bantuan pencegahan banjir. Secepat mungkin. Pemerintah diharap hadir untuk memberikan bantuan itu, bukan sekadar sekotak mie instan, sekaleng sarden, dan beberapa helai baju bekas.[]