BANDA ACEH | ACEH INFO – Untuk membangun kembali peradaban Aceh, masyarakat Aceh, terutama generasi muda perlu merevitalisasi kembali pesan-pesan yang terkandung dalam 21 wasiat Sultan Aceh.
Hal itu disampaikan Ketua Yayasan Sultan Alaiddin Mansyursyah yang juga Ketua DPW Masyarakat Adat Nusantara (MATRA) Aceh, Tuanku Warul Waliddin pada peringatan Milad ke-157 Kesultanan Aceh Darussalam dan kenduri maulid Nabi Muhammad SAW di Komplek Badan Pembina Rumpun Iskandar Muda (Baperis), Banda Aceh, Minggu, 3 November 2024.
Acara yang digelar di sebuah gedung di sisi Komplek Makam Kandang Meuh Sultan Alauddin Ibrahim Mansyursyah dan para keluarga Kesultanan Aceh ini, juga diisi dengan zikir dan doa bersama yang dipimpin Ustad Zul Arafah, pemberian santunan kepada anak yatim, serta pembacaan cae (syair) oleh Medya Hus.
Dalam sambutannya Tuanku Warul Waliddin menegaskan, melaksanakan kenduri maulid 100 hari di Aceh yang sudah dilakukan sejak dulu, merupakan salah satu dari 21 wasiat Sultan Aceh, sebagai ajang menyampaikan sejarah Nabi Muhammad SAW dan membangun keakraban antar sesama.
“Pada wasiat ke-17 disebutkan, diwajibkan ke atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan khanduri maulud akan Nabi SAW, tiga bulan sepuluh hari waktunya supaya dapat menyambung silaturrahmi kampung dengan kampung datang mendatangi kunjung mengunjung ganti berganti makan khanduri maulud,” jelas Tuanku Warul.
Tuanku Warul Waliddin yang juga Pangulee Komando Aneuk Muda Alam Peudeng (Komandan) Al Asy ini menambahkan, pelaksaaan perayaan milad Kesultanan Aceh dan maulid yang dilakukan di Komplek Baperis tersebut bukanlah tanpa alasan, tempat tersebut merupakan tempat paling monumental dan paling bersejarah dalam sejarah peradaban Aceh, beberapa sultan dan keluarga sultan Aceh dimakamkan di komplek tersebut.
“Apa yang kita lakukan hari ini sebenarnya hanya melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh para pendahulu kita sejak zaman dahulu. Spirit yang diwariskan melalui 21 wasiat sultan ini perlu kita revitalisasi kembali agar genarasi Aceh masa depan paham dengan sejarah peradabannya, yang dengan itu kemudian timbul semangat untuk membangun Aceh menjadi lebih baik,” tambah Tuanku Warul.
Baca Juga: Bank Aceh Raih Penghargaan UIN Ar Raniry Awards
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Dr Munawar A Djalil MA sampaikan ceramah maulid yang disampaikannya menjelaskan, banyak orang luar Aceh yang menanyakan terkait perayaan mualid selama 100 hari di Aceh, yang berbeda dengan perayaan maulid di daerah lain.
“Ini yang perlu kita jelaskan, bukan hanya kepada orang luar, tapi kepada generasi muda Aceh bahwa ada kaitan sejarahnya, terutama dengan 21 wasiat sultan. Wasiat ini harus kita sampaikan kepada anak cucu kita, sehingga mereka tahu dan paham tentang peradaban Aceh. Jangan sekali-kali melupakan sejarah, banyak anak-anak kita hari ini sidah lupa pada sejarah bangsanya,” imbaunya.
Dr Munawar A Djalil kemudian menjelaskan satu persatu dari 21 wasiat sultan Aceh tersebut, mulai dari wasiat pertama terkait kewaspadaan dan menjaga keamanan diri, wasiat kedua tentang pendirian bangunan, kemudian wasiat tentang pertanian, kerajinan tangan, perdagangan baik dalam negeri maupun dengan bangsa asing, pendidikan agama, perayaan maulid dan lain sebagainya.
“Karena wasiat ke-17 seperti yang sudah dijelaskan di awal tadi, maka perayaan Maulid Nabi Muhammad diwajibkan oleh Sultan kepada sekalian rakyat Aceh. Mematuhi perintah Sultan ini sudah menjadi rutinitas selama 517 tahun,” pungkasnya.[]