24.3 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Menelisik Kesiapan Aceh Menuju PON 2024

Pagelaran event akbar Pekan Olah Raga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara 2024 tinggal sebelas bulan lagi. Aceh sebagai sebagai salah satu tuan rumah masih belum bergeliat. Ironisnya, pemusatan latihan daerah (Pelatda) dihentikan. Mampukah Aceh meraih target 10 besar?

Hal itu mencuat dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Forum Pemimpin Redaksi (Pimred) Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Aceh di Kyriad Muraya Hotel, Banda Aceh, Kamis, 12 Oktober 2023. Sebagai panelis Forum Pimred menghadirkan Wakil Ketua I Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) Aceh T Rayuan Sukma, Ketua Umum Pengurus Besar Federasi Kurash Indonesia Mayjen (Purn) Teuku Abdul Hafil Fuddin SH, SIP, MH, Akademisi dan praktisi olah raga Abdurrahman M.Kes yang juga Ketua Federasi Olah Raga Pentanque Indonesia (FOPI) Aceh.

Pada acara yang dimoderatori oleh Ketua Forum Pemred Aceh, Nurdin Syam yang juga Pemimpin Redaksi Aceh Herald tersebut, panelis pertama Mayjen (Purn) Teuku Abdul Hafil Fuddin mengungkapkan, Aceh menjadi tuan rumah PON 2024 bersama Sumatera Utara bukanlah didapat secara mudah, tapi penuh perjuangan.

“Buat apa kita berjuang, tapi kita abaikan perjuangan ini. Kita selalu terlambat. Kita berdarah-darah berjuang, Medan (Sumatera Utara) duduk manis, ketika kita sudah kehabisan energi mereka masuk. Aceh sebagai tuan rumah harus punya target, sehingga perlu disiapkan dengan serius,” ujar mantan Panglima Kodam (Pangdam) Iskandar Muda tersebut.

Baca Juga: HK Bangun Jalur Perlintasan Satwa di Tol Sigli-Banda Aceh

Pria kelahitan 16 Juni 1962 ini menambahkan, PON dapat mendorong pembangunan infrastruktur olah raga di daerah dengan baik, serta mendorong pertumbuhan ekonomi terutama di sektor pariwisata dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ajang PON juga kesempatan bagi Aceh untuk mendapat anggaran pembangunan dari pemerintah pusat. Karena itu tambah Hafil Fuddin, penggunaan anggaran daerah (APBA) untuk PON juga sah-sah saja.

“Kita habiskan Rp1,2 triliun, tapi uang yang berputar di Aceh selama pergelaran PON nanti bisa sampai Rp4 triliun, ekonomi daerah akan terdongkrak, pariwisata akan hidup, UMKM juga akan bergeliat, ini dampak dari PON, orang akan ramai-ramai ke Aceh, mereka akan belanja di Aceh,” jelasnya.

Hafil Fuddin memperkirakan, ada sekitar 500 atlet yang akan bertanding di Aceh, tapi yang datang ke Aceh akan lebih dari itu, bisa lima sampai sepuluh kali lipat. Namun, Hafil Fuddin mempertanyakan apakah Aceh sudah siap untuk event akbar tersebut?

“Bagaimana kesiapan kita sebagai tuan rumah, apakah sudah siap? Pelatda saja disetop, venue saja belum dibangun. Yang sudah siap satu-satunya itu dayung, itupun karena Ketua Federasi Dayung Menteri PUPR, tinggal ia perintah Balai untuk bangun,” ungkapnya.

Baca Juga: Penetapan 112,48 Hektare Penlok Tambahan Tol Sigli Banda Aceh Belum Kelar

Hafil Fuddin mengungkapkan, anggaran dari pemerintah pusat untuk pembangunan 14 venue di Aceh sekitar Rp700 miliar, untuk Sumatera Utara Rp500 miliar. Sementara pada PON sebelumnya di Papua pemerintah pusat menyediakan anggaran pembangunan 14 venue hingga Rp3 triliun.

“Inilah mengapa kita harus ambil hingga Rp1,2 triliun dari APBA. Dari pada tiap tahun jadi Silpa lebih baik digunakan untuk PON. Semua orang yang berkepentingan harus diajak bicara dan terlibat dalam event ini. Kalau gagal bangsa Aceh yang akan malu, padahal perjuangan untuk menjadi tuan rumah sudah berdarah-darah. Tidak ada kemenangan tanpa pengorbanan. Pengorbanan itu bisa banyak hal, termasuk anggaran. Kita ingin Aceh sebagai tuan rumah pada PON 2024 bisa sukses penyelenggaraan, sekaligus sukses prestasi, itu baru keren,” pungkasnya.

Sementara itu Wakil Ketua I KONI Aceh, Teuku Rayuan Sukma mengungkapkan bahwa Aceh sudah ketinggalan delapan langkah dalam persiapan PON. Hal-hal yang sudah terewati itu harus segera dikebut, salah satunya pembangunan 14 venue yang akan segera dilakukan, begitu juga dengan pemusatan latihan atlet. Ia yakin memonetum PON 2024 akan memberikan multiple effect bagi pembangunan ekonomi Aceh.

Baca Juga: Pembiayaan Perbankan di Aceh Capai Rp36,47 Triliun

Karena itu tambah Rayuan Sukma, mereka yang mengkritik bahkan melarang penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) untuk PON dinilai sebagai orang-orang yang tidak mengerti persoalan.

“PON ini rebutan setiap daerah, pekan olah raga daerah atau PORA juga begitu. Daerah akan terbangun dengan adanya event PON, terutama infrastruktur olah raga. Lihat Idi dulu bagaimana, lalu setelah PORA digelar di Aceh Timur infrastruktur dibangun di sana, Idi sekarang jadi maju, begitu juga Aceh Besar,” jelasnya.

Untuk “mengebut” persiapan PON di Aceh, kata Rayuan Sukma, 12 bidang PB PON sudah melakukan Bimtek dengan pemerintah pusat. Sementara Pemerintah Aceh sediri juga sudah melakukan rasionalisasi anggaran.

“Pj Gubernur meminta anggaran agar dirasionalisasi dari Rp1,5 triliun menjadi Rp1 triliun. Ini sedang dilaksanakan. Bagaimana pun ceritanya PON pasti dilaksanakan sesuai jadwal, tidak mungkin diubah,” tegasnya.

Baca Juga: Anak Muda Aceh Bergeliat di Pasar Modal Aset Didominasi Orang Tua

Sementara itu terkait dengan Pelatda, Rayuan Sukma menjalaskan bahwa Pelatda tidak dihentikan, tapi dikembalikan ke Pengprov masing-masing untuk melakukan Pelatda mandiri. Baru nanti pada Januari 2024 sebanyak 1.200 atlet akan dipelatdakan sampai pelaksanaan PON.

Ia menekankan Pelatda sangat penting sebagai bagian dari upaya untuk mencapai sukses prestasi dan pemenuhan target Aceh masuk 10 besar. Target 10 besar dinilai rasional karena pada PON Papua lalu Aceh berada di peringkat 12 naik 5 peringkat dari PON sebelumnya di peringkat 17.

“PON di Papua itu kita peringkat 12 dan itu pertama kali dalam sejarah bahwa Aceh berada di atas Sumatera Utara. Jadi target 10 besar ini tidak muluk-muluk, dan bukan berarti kita di posisi 10, tapi kita berada dalam kelompok 10 besar, bisa jadi kita antara 6 hingga 10, kalau 5 hingga 1 tidak mungkin,” tegasnya.

Baca Juga: Baru Satu UKM di Aceh Manfaatkan Securities Crowfunding

Selain itu kata Rayuan Sukma, pihaknya juga sedang mengupayakan adanya tambahan bonus bagi atlet. Bila pada PON sebelumnya atlet Aceh peraih medali emas mendapat bonus Rp500 juta, pada PON 2024 diupayakan bisa Rp500 juta. “Intinya kita ingin Aceh sukses, sukses sebagai penyelenggara PON, sukses prestasi, sukses ekonomi, sukses pemanfaatan infrastruktur, serta sukses administrasi,” pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama akademisi dan praktisi olah raga Abdurrahman M.Kes mengungkapkan, selaku praktisi dan pelaku olah raga dirinya harap-harap cemas dengan kesiapan Aceh pada PON 2024. Ketua Federasi Olah Raga Pentanque Indonesia (FOPI) Aceh ini mengungkapkan atlet Pentaque Aceh sudah latihan sejak tahun 2021, tapi sekarang latihan harus dikurangi karena Pelatda dihentikan.[]

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS