Ekspor barang asal Aceh pada triwulan II 2023 sebesar 161,85 juta dolar AS, sementara nilai impor hanya 7,36 juta dolar AS. Ekspor masih didominasi oleh batu bara (57,82%) dan kopi (23,44%). Di sisi lain 41,95 % pembelian dari Aceh masih dilakukan di Sumatera Utara dan DKI Jakarta.
Angka-angka itu terungkap dalam Laporan Perekonomian Provinsi Aceh Agustus 2023 yang dirilis Bank Indonesia (BI) baru-baru ini. Dalam laporan tersebut dijelaskan, nilai ekspor barang asal Aceh hanya tumbuh sebesar 3,94% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 22,67% (yoy). Dengan laju tersebut, ekspor luar negeri Aceh memberikan andil negatif sebesar 0,18% terhadap kinerja ekonomi Aceh secara keseluruhan pada triwulan II 2023.
Kinerja komponen ekspor luar negeri yang melambat tersebut didorong oleh menurunnya harga komoditas ekspor unggulan Aceh seperti batu bara, kopi, dan minyak kelapa sawit. Keseluruhan ekspor berupa komoditas nonmigas terutama dari kelompok bahan bakar mineral; kopi, teh, rempah-rempah; dan buah-buahan.
Baca Juga: Perkuat Literasi Keuangan Kaum Ibu OJK Luncurkan Sicantiks
Sementara itu, investasi bangunan yang diindikasikan dari pengadaan semen masih mengalami kontraksi pada triwulan II 2023, namun terus menunjukkan tren perbaikan. Pengadaan semen pada triwulan II 2023 terkontraksi sebesar 1,64% (yoy), atau membaik jika dibandingkan realisasi triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 9,83% (yoy).
Ekspor komoditas batubara pada triwulan II 2023 mencapai USD 93,57 juta, tercatat mengalami kontraksi sebesar 32,56% (yoy). Kinerja ekspor batubara yang lebih tinggi tertahan oleh masih terbatasnya negara tujuan ekspor batubara Aceh yang saat ini didominasi India. Komoditas ekspor terbesar kedua adalah kopi, dimana pada triwulan laporan ekspor kopi Aceh mencapai USD 37,93 juta, atau mengalami ekspansi sebesar 78,28% (yoy).
Di sisi lain, impor luar negeri Aceh pada triwulan II 2023 tercatat mengalami kontraksi cukup tinggi sebesar 64,44% (yoy), berbeda denga triwulan sebelumnya yang mengalami ekspansi sebesar 84,88% (yoy). Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bea Cukai Aceh, nilai impor barang ke Provinsi Aceh pada triwulan II 2023 sebesar 7,36 juta dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD 46,16 juta.
Baca Juga: Bangun Ketahanan Pangan Bank Aceh Biayai Produksi Beras DJ Abdya
Nilai impor barang tersebut mengalami perlambatan sebesar 84,04% (yoy) pada triwulan II. Secara umum, kinerja impor luar negeri masih didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan bahan kimia. Secara lebih spesifik, barang impor utamanya merupakan peralatan mesin khusus civil engineering and contractor plant and equipment and parts serta kebutuhan pokok seperti beras dan pupuk.
Selain itu, defisit neraca ekspor antar daerah Provinsi Aceh pada Triwulan II 2023 meningkat sebesar 48,04% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,18% (yoy). Pada triwulan II 2023, defisit neraca ekspor antar daerah tercatat Rp4,5 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2023 sebesar Rp2,04 triliun, dan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,04 triliun.
Baca Juga: PII Aceh Minta SKPA Teknis Sosialisasi UU Keinsinyuran
Berdasarkan data perdagangan antar wilayah dari Badan Pusat Statistik, penjualan antar wilayah paling besar di Provinsi Aceh dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang minyak mentah kelapa sawit dengan nilai penjualan sebesar Rp764 Miliar. Di sisi lain, komoditas pembelian dari daerah lain didominasi oleh mobil, sepeda motor, minyak bahan bakar, kendaraan bermotor dengan tujuan khusus, dan alat transportasi umum alat transportasi umum jenis kendaraan bermotor untuk penumpang.
Lima kelompok komoditas ini mencakup 41,93% dari total pembelian antar wilayah di Provinsi Aceh. Provinsi Aceh melakukan pembelian terbesar dari Sumatera Utara dan DKI Jakarta.[]