25.2 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

2 November 1953 : DPR RI Pertanyakan Les Hitam Rencana Pembunuhan 300 Tokoh Aceh

Pada 2 November 1953, les hitam yang berisi rencana pembunuhan terhadap 300 tokoh Aceh dibahas dalam rapar paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI). Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo membantah telah menyusun les hitam  tersebut.

Rumor tentang rencana pembunuhan itu membuat pemberontakan Darul Islam di Aceh menemukan momentumnya. Aktivis Darul Islam langsung pasang kuda-kuda. Teungku Muhammad Daod Beureueh, salah satu orang yang disasar oleh dokumen tersebut, segera mengacungkan kapak perang.

“Les hitam adalah bukti yang menimbulkan kecurigaan kita bahwa pencetus peristiwa berdarah itu adalah permainan lawan-lawan politik Teungku Daod Beureueh untuk menghancurkan beliau dan kawan-kawan,” tulis Muhammad Nur el-ibrahimy dalam buku Teungku Daod Beureueh Peranannya dalam Pergolakan di Aceh. Buku ini diterbitkan di Jakarta pada tahun 1982 oleh penerbit Gunung Agung.

Baca Juga: Sejaraj Sekolah Kepolisian Aceh

Sejarawan Belanda, Cornelis Van Dijk, menyebutkan. Kekecewaan Abu Daod Beureueh semakin memuncak, ketika sebuah dokumen rahasia dari Jakarta yang disebut-sebut dikirim oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo melalui Jaksa Tinggi Sunarjo yang membawa dokumen itu ke Medan. Ada pula yang menyebutkan dokumen rahasia itu ‘warisan’ dari kabinet Sukiman.

Isinya, Jakarta berencana membunuh 300 tokoh penting Aceh—ada juga yang menyebut 190 tokoh—melalui sebuah operasi rahasia. Yang disebut sebagai les hitam. Keputusan ini diambil setelah Jakarta memastikan bahwa Aceh akan menggelar sebuah pemberontakan. Tapi sampai kini tak ada yang bisa memastikan keberadaan dokumen tersebut.

Baca Juga: Poh An Tui dan Sentimen Anti Tionghoa di Aceh

Sejarawan Belanda lainnya, B.J.Boland, dalam bukunya “The Struggle of Islam in Modern Indonesia”, menyebutkan sebetulnya surat itu tak pernah ada. “Desas-desus itu diembuskan oleh politikus sayap kiri di Jakarta untuk menghantam gerakan Islam di Aceh,” katanya.

Secara tersirat Van Dijk menduga dokumen itu ada. “Daftar nama itu barangkali sengaja dibocorkan dengan tujuan tertentu. Orang Aceh terkemuka merasa mereka mungkin akan ditangkap dan, karena itu, memutuskan lari ke gunung,” kata Van Dijk.[]

Baca Juga: Show of Force Aceh Melawan Jepang

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS