BANDA ACEH I ACEH INFO – Tim peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK), menggelar rapat evaluasi terkait hasil survei dalam rangka mengembangkan program kesejahteraan psikososial untuk remaja/siswa yang dinamakan Safe Communities Safe Schools (SCSS).
Rapat yang dihadiri 22 peserta dari tim peneliti USK, tim Sekolah dan Kepala. Sekolah dari SMPN 6 dan SMPN 17, dilaksanakan secara hybrid di Hotel Ayani, Rabu 3 Agustus 2022. Kegiatan itu juga di ikuti secara virtual oleh peneliti dari Danish Institute Against Torture (Dignity) Copenhagen, Denmark sebagai Principal Investigator (PI) penelitian yang sedang dilakukan serta peneliti dari Colorado University, Amerika.
Dr. Rina Suryani Oktari, koordinator Tim Peneliti FK USK mengatakan, rapat itu dilaksanakan, guna mengevaluasi hasil pilot survei yang telah dilaksanakan selama 2 bulan terakhir. Hal ini dilakukan untuk melakukan validasi instrument penelitian sebelum pengambilan data secara menyeluruh (actual survey) dilakukan. Data ini nantinya akan digunakan sebagai landasan pengambilan keputusan dalam memilih program yang tepat bagi masing-masing sekolah.
Susanne Argamasso-Maher sekalu co-PI dari Colorado University menyampaikan bahwa program SCSS menawarkan berbagai alternatif program yang menyasar remaja, seperti misalnya program anti bullying serta perkembangan sosial emosional siswa di sekolah.
Karena itu, untuk menerapkan program tersebut dibutuhkan data akurat yang merepresentasikan masing-masing sekolah tersebut. Sehingga tim peneliti dapat menilai serta memahami pola pendidikan, dan kendala yang lingkungan yang dialami setiap sekolah.
Melalui data yang diperoleh, tim peneliti dapat merumuskan serta merekomendasikan pola terapan ideal bagi masing-masing sekolah berdasarkan karakteristik lingkungan sosial sekolah.
Dr. Sharlena, selaku Principal Investigator (PI) dari DIGNITY menyebutkan pihaknya telah mengevaluasi lebih dari 1000 program sekolah yang berbeda yang dilaksanakan di Colorado. Nanti berdasarkan hasil evaluasi itu, akan dipilih skema paling cocok untuk diterapkan di sekolah-sekolah Aceh.
“In Colorado, we have Blue Print Registry that have evaluated more than 1000 different school models. Based on the survey results, we will have data analysis with USK Team together with University of Colorado team in October in Boulder and then they will go back to Banda Aceh and we will conduct the review and the reflection with the school team to discuss about the finding based on the findings that Susanne already mention that we will try to match the school with the best or tailor made best fit model” Ungkap Dr. Sharlena dalam rapat secara hybrid itu.
“Kami juga telah mempertimbangkan apakah sumber daya variabel, parameter yang berbeda akan menemukan program sekolah yang berbeda. Jadi, mungkin Anda tidak akan memiliki program sekolah yang sama untuk kedua sekolah, mungkin Anda akan memiliki program yang berbeda berdasarkan situasi Anda,” Ujar Dr. Sharlena.
Ia menerangkan, perbedaan model itu terjadi lantaran skema itu menyasar objek yang variatif, karena ada yang menyasar semua siswa, model yang menyasar siswa berisiko tinggi, ada juga model yang hanya ditujukan untuk anak-anak yang sudah memiliki masalah perilaku atau mental.
“Jadi, ada model sekolah yang berbeda dan sisi populasi sekolah yang berbeda dan kita dapat memilih berdasarkan sumber daya dan parameter yang berbeda juga,” pungkasnya.