Panglima Teuku Nyak Makam dipancung oleh Pemerintah Kolonial Belanda di hadapan keluarganya. Tubunya dikembalikan, sementara kepalanya dimasukkan dalam toples berisi alkohol dipajang di rumah sakit tentara Belanda di Kutaraja.
Perlakuan Pemerintah Kolonial Belanda yang tidak manusiawi itu, seolah menegaskan, siapa sesungguhnya Panglima Teuku Nyak Makam itu sendiri. Ia merupakan salah seorang panglima besar pemimpin perjuangan rakyat Aceh melawan penjajahan Belanda. Karena kehebatannya dalam memimpin peperangan, membuat banyak korban jatuh di pihak Belanda. Itu pula yang membuat Teuku Panglima Nyak Makam menjadi musuh nomor wahid Belanda di Aceh kala itu.
Panglima Teuku Nyak Makam merupakan panglima perang Aceh yang diangkat langsung oleh Sultan Aceh untuk memimpin perjuangan melawan penjajah Belanda di wilayah Timur Aceh, yang meliputi kawasan Aceh Timur, Langkat dan Deli (kini masuk dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara, sebelumnya merupakan wilayah Kerajaan Aceh).
Baca Juga: Perangkap Tipu Aceh
Setelah sukses menghalau Belanda di wilayah timur, Sultan Aceh kemudian menarik kembali Panglima Teuku Nyak Makan ke wilayah Aceh Besar. Di sana ia berhasil memobilasi dan memimpin pasukan kerajaan dan rakyat Aceh dalam memerangi penjajah Belanda.
Suatu ketika Panglima Teuku Nyak Makam berhasil membawa pasukannya menyusup ke Pulo Breuh (Pulau Beras) yan terletak antara Pulau Sabang dan Banda Aceh. Di pulau itu ia berhasil memerangi Belanda yang ingin membuat pulau tersebut sebagai basis, sebelum menyerang dataran Aceh. Atas keberhasilannya itu, Panglima Teuku Nyak Makan kemudian menjadi sosok yang sangat ditakuti sekaligus disegani oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Hingga suatu ketika, panglima yang gagah itu jatuh sakit. Ia tak lagi mampu memimpin peperangan. Belanda mengetahui hal itu. Pada tanggal 21 Juli 1886, ia disergap di rumahnya dalam keadaan sakit di Gampong Lamnga, Aceh Besar. Dalam keadaan tak berdaya, Panglima Teuku Nyak Makam dan anggota keluarganya digiring ke bivak Belanda, ke tempat komandan kolonial Belanda, Letnan Kolonel Soeters. Di sana Panglima Teuku Nyak Makam dipancung di hadapan istri dan anak-anaknya.
Baca Juga: Pembentukan Korps Marsose dan Upaya Penaklukkan Aceh
Atas perintah Kolonel Stemfoort, kepala Panglima Teuku Nyak Makam yang sudah dipancung itu, dibawa ke Kutaraja (kini Kota Banda Aceh), dimasukkan dalam toples besar berisi cairan alkohol, kemudian dipajang di beranda belakang Rumah Sakit Tentara (Kini Rumah Sakit Kesdam Banda Aceh). Kepala Panglima Teuku Nyak Makam yang sudah mengelembung itu, terapung apung dalam toples tersebut.
Perlakukan seperti itu dilakukan pemerintah kolonial Belanda, sebagai “tanda kemenangan” telah berhasil menangkap dan mengeksekusi mati Panglima Teuku Nyak Makam. Selain itu juga sebagai bentuk pelampiasan dendam kesumatnya Belanda terhadap salah seorang panglima perang kerajaan Aceh yang paling ditakuti Belanda itu.[]
Baca Juga: Perang Surien dan Kisah Tragis Letnan Van Der Zee