25.9 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Jejak Jalur Rempah Nusantara Di Syamtalira Bayu

LHOKSUKON | ACEH INFO – Kompleks Makam Muallim di Bayu,  merupakan salah satu dari sekian banyak Makam Muallim peninggalan Kerajaan Islam Samudra Pasai, yang ditemukan dalam wilayah kabupaten Aceh Utara dan Lhokseumawe.

Kompleks Makam itu ditemukan oleh Muhammad Nasir  eks kombatan GAM, dan Abd Hamid, Ketua Central Information for Samudra Pasai Heritage (CISAH). Satu kompleks tersebut merupakan pemakaman keluarga nahkoda/pelaut (Muallim) zaman Kerajaan Islam Samudra Pasai.

Seperti Makam Muallim di Jeulikat, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe. Lalu ada pula Makam Katibah (Juru Tulis) Muallim Ahmad di Lhok Euncien, Kecamatan Baktiya Barat, Kabupaten Aceh Utara.

Peneliti Sejarah Islam Samudra Pasai, Sukarna Putra mengatakan, dari sembilan makam yang ada di kompleks tersebut, tujuh diantaranya sudah dapat diidentifikasi. Salah satunya adalah makam Barjan Al-Hadashtan Khatib Husain, pemimpin sebuah koloni yang terdiri dari anggota keluarga. Dari informasi yang diperoleh dari inskripsi batu nisan (abad ke-14 masehi), setidaknya Muallim diperkirakan berprofesi sebagai Khatib dan Muallim.

Khatib merupakan jabatan pemimpin politik dalam Islam, dimana sosok Muallim ini disyaratkan mampu memberikan khotbah (khatib) dalam wilayah kepemimpinannya. Dalam konteks kemaritiman, Muallim merupakan jabatan bagi ahli pelayaran (nahkoda/navigator/pelaut) yaitu orang yang memiliki ilmu dan keahlian dalam bidang pelayaran.

Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam maritim karena lokasinya juga berada di bibir pantai. Hal tersebut diketahui dari gelar salah satu Sultan bernama Zainal Abidin II yang bergelar Ra-Ubabdar yang berarti Sang Penakluk Gelombang.

“Tentu gelar tersebut diberikan karena kemampuan kerajaan yang dipimpin memiliki kemampuan bidang pelayaran, tentunya ini harus didukung oleh nahkoda-nahkoda yang ahli. Penemuan kompleks makam Muallim ini menjadi bukti otentik akan keberadaan ahli pelayaran dalam kerajaan Islam Samudra Pasai,” ungkap Sukarna kepada Acehinfo.id pada Sabtu (16/7/2022).

Muallim berasal dari Hadashtan / Adashtan yang merupakan nama kuno dari salah satu wilayah dekat Kashmir, wilayah antara India dan Pakistan.

Yang menarik dari Kompleks Makam di Gampong Glong ini adalah dalam kompleks makam merupakan suatu koloni yang terdiri dari anggota keluarga.

“Makam ini menarik karena menjadi satu-satunya kompleks makam masa kerajaan Islam Samudra Pasai yang memiliki catatan di batu nisan,” ujarnya.

Dalam catatan Ibnu Batutah dalam lawatannya ke Samudra Pasai pada tahun 1346 Masehi. Ibnu Batutah mendarat di pesisir pantai sekitar 4 Mil (1 Mil=1,6 Kilometer) dari pusat kerajaan, maka diperkirakan Ibnu Batutah mendarat di antara Kuala Lancok sampai Kuala Meuraksa. Kuala Lancok saat ini merupakan wilayah kecamatan Syamtalira Bayu.

“Kita perkirakan 4 mil yang dimaksud berada di sekitar Syamtalira Bayu atau Meuraksa, mungkin mereka inilah yang menyambut kedatangan Ibnu Batutah waktu itu,” kata Sukarna.

Menurut Peneliti Kerajaan Islam Samudra Pasai, Tgk Taqiyuddin Muhammad, sebagaimana dikutip Sukarna Putra, Syamtalira sendiri berasal dari bahasa Persia. Syamta berarti tempat yang mengandung Garam, sedangkan Lira berarti penunjukan disini tempatnya. Jadi Syamtalira dapat diartikan disinilah tempat tanah yang mengandung Garam.

Syamtalira Aron dan Syamtalira Bayu merupakan daerah yang menjadi penyangga Ibu kota kerajaan Samudra Pasai. Karena Kuta Krueng daerah kecamatan Samudera yang diapit oleh kedua kecamatan tersebut.

“Menariknya lagi di kecamatan Syamtalira Aron dan Syamtalira Bayu ditemukan Krueng (sungai) kuno yang namanya juga Syamtalira. Di kedua kecamatan tersebut, nama sungai nya juga Sama, Krueng Syamtalira. Di sepanjang jalur Krueng Syamtalira juga ditemukan tinggalan batu nisan,” jelasnya.

Karena letaknya, Gampong Glong diperkirakan sebagai daerah transit karena di jalur tersebut ditemukan Krueng (sungai) kuno.

Situs kompleks makam ini pernah dikunjungi tim Jalur Rempah Nusantara Kemendikbud, ini merupakan salah satu bukti bahwa disini merupakan salah satu titik simpul Jalur Rempah Nusantara.

Setiap wilayah dalam kerajaan Islam Samudra Pasai memiliki pelabuhan-pelabuhan kecil seperti Kuala Keureuto, Kuala Krueng Pase, Kuala Meuraksa, dan Kuala Jambo Aye. Setiap kuala (muara) itu merupakan pelabuhan. Namun pelabuhan terbesar ada di Lhokseumawe.

Lhokseumawe merupakan pelabuhan dan pangkalan besar pada masa itu. Letak pulaunya, posisinya yang strategis, bentuk teluknya dinilai cocok sebagai daerah transit perdagangan internasional masa itu.

Editor: M. Agam Khalilullah

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS