28.7 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

Wisata Sejarah Museum Islam Samudra Pasai, Ini Lokasinya 

LHOKSUKON I ACEH INFO – Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di nusantara yang pernah mencapai puncak kejayaan pada masanya.

Hal ini ditandai dengan peninggalan sejarah yang menjadi bukti adanya peradaban Islam di ujung pulau Sumatera.

Peninggalan benda bersejarah tersebut kini disimpan di Museum Islam Samudra Pasai.

Wisata Sejarah Museum Islam Samudra Pasai, Ini Lokasinya 
Teks foto: siswa sedang mengikuti program belajar bersama di museum islam samudra pasai. Foto amrizal abe/acehinfo. Id

Tinggalan sejarah tersebut terus dijaga dan dipelihara sebagai warisan budaya yang dapat dilihat oleh generasi penerus bangsa.

Museum Samudra Pasai terletak di Gampong Beuringen, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara.

Museum ini berada tidak jauh dari makam Sultan Malikussaleh di desa yang sama.

Museum yang mulai difungsikan sejak bulan Juni tahun 2017 tersebut menyimpan lebih dari 3.000 koleksi benda-benda artefak peninggalan sejarah masa Kerajaan Samudra Pasai.

Untuk menuju lokasi museum, wisatawan harus menempuh jarak setengah jam perjalanan dari Kota Lhokseumawe atau sekitar 20 kilometer ke arah timur.

Tiba di Keude Geudong, Ibukota Kecamatan Samudera, wisatawan memilih jalur kiri dari jalan nasional Banda Aceh-Medan.

Lalu menyusuri jalan sejauh sekitar 3 kilometer hingga sampai di Gampong Beuringen.

Mudah saja bagi wisatawan yang hendak menuju lokasi karena bisa mengikuti arah menara Monumen Islam Samudra Pasai yang menjulang setinggi 71 meter tersebut.

Letak museum bergaya kubah bangunan abad ke-13 masehi tersebut berada sekitar 100 meter dari Monumen Islam Samudra Pasai yang berada di atas lahan seluas 2.850 meter persegi. Museum yang merupakan bagian dari komplek lahan seluas 7,5 hektare tersebut hanya berjarak 200 meter dari makam Sultan Malikussaleh yang merupakan Sultan pertama Dinasti Shalihiyah.

Didalam museum kita dapat melihat langsung koleksi benda artefak bersejarah yang terbagi dalam lima kategori yaitu; filologika (kitab/manuskrip), numismatika (mata uang), etnografika (perhiasan), historika (batu nisan), dan kramologika (keramik) dari abad ke 13-16 masehi.

Perhiasan (etnografika) yang umumnya digunakan kaum wanita sebagai aksesoris tangan, leher, dan pakaian pada masa itu antara lain manik-manik yang terbuat dari batuan manik, kuarsa, carnelian, getah pohon kayu damar dll.

Ada pula gelang dan cincin kaca yang berasal dari Cheti, India yang oleh warga disebut jati.

Batu permata digunakan sebagai untaian mahkota, mata cincin, kalung, anting, yang terbuat dari batu safir, ruby, garnet, thurmalin.

Aneka koleksi mata uang (numismatika) terdiri dari dua kelompok yaitu koin resmi kerajaan dan mata uang asing. Koin dirham menjadi alat tukar resmi kerajaan ada tiga ukuran, mulai dari ukuran  besar (13-14 mm), sedang (9-11 mm), kecil (5 mm).

Lalu ada mata uang dari bahan baku timah, perak, dan kuningan, koin ini disebut keuh yang berasal dari bahasa portugis Caxa, dalam bahasa inggrisnya disebut Cash.

Selain nisan (historika) dan keramik (kramologika) dari berbagai zaman, kita juga akan menemukan sekitar 40 manuskrip/kitab (filologika) yang ditulis pada abad ke 17 masehi dengan tulisan jawi yang masih dijadikan sebagai rujukan sampai saat ini. Ada juga mushaf Al-Quran yang ditulis dengan tinta berwarna hitam, merah, dan kuning.

Museum dibuka untuk umum setiap hari kecuali hari Jumat dan Minggu, dibuka mulai pukul 09.00 – 16.00 WIB. Saat dikunjungi Acehinfo.id pada Sabtu (14/5/2022) sedang ada program Belajar Bersama di Museum (BBM).

BBM merupakan program dari museum dimana pihak pengelola membuka kesempatan kepada sekolah yang ingin berkunjung sekaligus belajar sejarah.

“Antusiasme pengunjung terus meningkat sehingga harus dibuat jadwal, kalau sekolahnya ramai siswa, maka satu sekolah perhari, dibagi dua tahap, kalau tidak ramai bisa dua sekolah,” ujar Nurliana, Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Utara.

Sejak program Belajar Bersama di Museum BBM dibuka tahun 2022 lalu, puluhan sekolah sangat antusias berkunjung ke museum.

Ada juga program Museum Masuk Sekolah yang sudah ada sejak tahun 2020 lalu.

“Banyak sekali sekolah yang antusias mengikuti program Belajar Bersama di Museum, sekolah yang mendaftar mulai tingkat TK, SD, SMP, sampai SMA.

Kita mudahkan sekolah mendaftar melalui grup whatsapp, bagi rombongan sekolah pihak museum memberikan souvenir gantungan kunci, bahan belajar permainan anak seperti teka-teki dan lembar belajar, dan pemandu yang siap menjelaskan tentang koleksi museum,” ungkap Nurliana.

Zulfikar, guru bidang studi sejarah yang membawa rombongan siswa kelas X SMAN Modal Bangsa Arun yang berkunjung pada Sabtu (14/5/2022) mengatakan bahwa sejarah awal masuknya islam di nusantara merupakan materi yang dipelajari semester dua kelas X.

“Ini berkaitan dengan mata pelajaran di semester dua kelas X tentang sejarah awal mula masuknya islam di nusantara, makanya kami bawa langsung siswa agar dapat melihat langsung bukti sejarah kejayaan Islam di masa lampau,” terang Zulfikar.

Zulfikar sebagai guru pengampu mata pelajaran sejarah tersebut berharap siswa dapat mencintai sejarah karena Aceh punya sejarah gemilang di masa lampau.

“Semoga siswa mencintai sejarah bangsanya, melihat langsung bukti peninggalan sejarah berupa artefak dan dapat mengambil pelajaran serta hikmah dari sejarah,” ujarnya.

Siswa kelas X SMAN Modal Bangsa Arun, Agha Khalisa, Dika Adi saputra, Syarifah Balqis saat ditanyai acehinfo.id mengungkapkan ketertarikannya mengunjungi museum tersebut.

“Museum ini sangat perlu didatangi dan dipelajari agar sejarah di Aceh tidak menghilang seiring berjalannya waktu, jadi perlu dipelajari dan dikembangkan agar tetap ada di generasi muda, tadi kita sudah melihat komplek makam juga,” ungkap Agha.

“Sebagai anak Aceh, kita harus mampu menguasai sejarah Aceh, karena saat ini generasi muda masih kurang perhatian terhadap wawasan sejarah, semoga anak muda Aceh dapat mendalami sejarah bangsanya,” ujar Balqis.

Dika juga menyampaikan harapannya kepada pengelola museum terus meningkatkan dan mengembangkan museum agar masyarakat lebih mengenal budaya yang telah lama agar tidak dilupakan supaya masyarakat lebih tahu sejarah.

Selain SMAN Modal Bangsa Arun, pada hari yang sama SMP Pupuk Iskandar Muda (PIM) juga berkunjung melaksanakan program  Belajar Bersama di Museum. Selain dapat melihat langsung koleksi benda bersejarah, pengunjung juga mengabadikan momen dengan berswafoto dan foto bersama.

Museum ini cocok juga dijadikan sebagai pilihan destinasi wisata keluarga untuk menambah wawasan anak terkait sejarah kerajaan dan peradaban islam yang pernah dikunjungi Ibnu Batutah tersebut.

Tidak jauh dari lokasi museum, wisatawan juga dapat mengunjungi makam Sultanah Nahrasiyah, Raja wanita cicit Sultan Malikussaleh yang memerintah pada abad ke 15 masehi (1406-1428 masehi).

Editor : Ferizal Hasan

 

spot_img
Kontributor :Amrizal Abe

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS