Pada 16 Januari 2000 Panglima GAM Teungku Abdullah Syafii diisukan tewas tertembak. Kapendam Bukit Barisan yang saat itu dijabat oleh Letkol Sulystio meminta GAM untuk membuktikan kalau Abdullah Syafii masih hidup.
Perang Aceh memang menyisakan banyak cerita, bukan hanya soal perang frontal di medan pertempuran, tapi juga perang urat saraf di media massa. Dan, saat konflik Aceh, Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Teungku Abdullah Syafii merupakan orang yang paling diburu oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Tidak mudah untuk menemukan Panglima GAM itu, sangking susahnya memburu pentolan GAM itu, TNI menyatakan bahwa sosok Abdullah Syafii itu tidak ada lagi alias sudah meninggal. Hal yang tentu saja dibantah oleh GAM.
Baca Juga: Tragedi Jambo Kupok Pelanggaran HAM Berat di Aceh Yang Diakui Pemerintah
Perang urat saraf pun terjadi, Kapendam Bukit Barisan yang saat itu dijabat oleh Letkol Sulystio meminta GAM untuk membuktikan kalau Abdullah Syafii. Tantangan TNI itu dimuat di berbagai media pada 16 Januari 2000.
Tak butuh waktu lama bagi GAM untuk menjawab tantangan itu. Secara rahasia beberapa wartawan luar negeri bersama jurnalis Aceh dan jurnalis nasional, baik dari media cetak maupun televisi dibawa masuk ke markas Abdullah Syafii di kawasan hutan Pase di Kabupaten Aceh Utara.
Pada 27 Februari 2000 foto Abdullah Syafii yang masih hidup muncul di berbagai media lokal, nasional, dan internasional. “Alhamdulillah saya sehat wal afiat seperti yang Anda lihat, saya masih tetap memimpin pasukan,” katanya pada wartawan.[]