25.2 C
Banda Aceh
spot_img

TERKINI

1 Oktober 1945 : Aceh Lucuti Kekusaan Keimubutyo Jepang

Pada 1 Oktober 1945 di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh berlangsung rapat terkait perebutan kekuasaan Jepang. Semua kantor pemerintahan dan kantor perusahaan milik Jepang harus direbut, termasuk kantor Kepolisian Jepang (Keimubutyo).

Perebutan Kantor Kepolisian dipelopori oleh Moehammad Hasjim seorang perwira Keimubutyo di Aceh. Ia melengserkan semua perwira Jepang termasuk atasannya di Keimubutyo serta mengambil alih kekuasaan kepolisian. Makanya namanya tercatat sebagai Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Aceh pertama.

Usai merebut kantor Keimubutyo Moehammad Hasjim mengerakkan rakyat Aceh dan membentuk struktur baru kepoilisian yang bersih dari unsur dan anasir Jepang. Tentara dan polisi Jepang yang dilucuti kekuasaannya di Aceh tidak bisa berbuat banyak. Para polisi dan tentara Jepang kemudian diangkut ke Sumatera Timur (kini Sumatera Utara) setelah tak lagi bisa berkuasa di Aceh.

Baca Juga: MR Teuku Muhammad Hasan Membentuk Pemerintahan Sumatera

Sejarawan Aceh yang juga pelaku perjuangan kemerdekaan di Aceh, Teuku Alibasjah Talsya dalam buku Batu Karang di Tengah Lautan menjelaskan, saat itu keberhasilan para pejuang di Aceh melucuti kekuasaan Jepang cepat tersiar ke seluruh Indonesia. Pasalnya, di daerah lain kekuasaan Jepang telah diambil alih oleh tentara Sekutu/NICA yang diboncengi Belanda dan Inggris.

Pada hari yang sama, 1 Oktober 1945, Kepala Kepolisian Langsa (setingkat Kapolres sekarang) Abdullah Husin melakukan hal yang sama. Ia berhasil mendesak Kepala Kepolisian Jepang di Aceh Timur, Ikeda untuk menyerahkan kekuasaan kepadanya. Ia kemudian mengubah kantor kepolisian Jepang di Langsa menjadi kantor polisi Aceh.

Abdullah Husin kemudian mengirimkan kawat ke seluruh Aceh atas keberhasilannya melucuti kekuasaan kepolisian Jepang di Langsa, termasuk kepada Kepala Kepolisian  Daerah Aceh, Moehammad Hasjim di Banda Aceh.

Baca Juga: Siasat Kawat Palsu Pemuda Aceh Untuk KNIL

Pada hari yang sama, Panitia Kebangsaan di Medan meminta di Aceh dibentuk Badan Penolong Korban Perang, karena di luar Aceh telah banyak rakyat sipil yang jadi korban perang, mereka juga kekurangan logistik dan makanan.

Panitia Kebangsaan di Medan berharap kepada Ketua Aceh Syu Sangi Kai (Ketua Dewan Perwakilan Daerah Aceh) Teuku Nyak Arief yang sehari sebelumnya telah berhasil melucuti kekuasaan Pemerintah Jepang di Aceh untuk membantu para pejuang di Sumetera Timur yang kekurangan makanan.

Baca Juga: Kisah Remaja Aceh Membunuh Controleur Belanda

Masih pada 1 Oktober 1945, Palang Merah Internasional di Medan mengirim kawat kepada Teuku Nyak Arif soal pengiriman dana. Isinya sebagai berikut:

teuku nja’arief koetaradja telegraph remittance throuch bank or other quick safe method all fund collected for us stop letter appeintement follows international redcross medan.

Sehari kemudian yakni pada 2 Oktober 1945, para pemuda pejuang Aceh berkumpul di kantor redaksi surat kabar Atjeh Sinbun, mereka mengumpulkan para interniran dan bekas tentara KNIL, untuk diajak berjuang bersama mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Aceh.[]

Baca Juga: Kempes dan Tragedi Pembantaian di Kuta Reh

spot_img

Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

spot_img

INDEKS